MENYAMBANGI GEREJA St. PAUL, BENTENG A FAMOSA, DAN SUNGAI MELAKA
12:04:00
Setelah melewati kawasan museum, saya lanjut
jalan kaki ke area lainnya. Lokasi berikutnya ini adalah runtuhan Gereja St.
Paul. Untuk menuju bangunan peninggalan Portugis yang dibangun pada 1521 ini,
kami harus menaiki anak tangga menunju puncak bukit. Untungnya, bukit ini
rindang dengan beberapa pohon tinggi yang memayungi jalan. Begitu sampai puncak
bukit, tampak bangunan tua yang tak lagi beratap. Dinding tingginya masih kokoh
meskipun dengan pintu dan jendela yang terbuka.
Gereja Katolik tertua di Asia Tenggara ini
dahulu adalah sebuah chapel bernama asli Nossa Senhorado Monte (Our Lady of
The Hill). Penggagasnya adalah seorang kapten Portugis bernama Duarte
Coelho sebagai tanda syukur karena selamat dari serangan musuh semasa berada di
Laut China Selatan. Chapel ini didedikasikan kepada Virgin Mary. Pada 1590,
sebuah menara dibangun di bagian belakang bangunan ini sebagai tempat untuk
mengawasi musuh.
Patung Duerto Coelho |
Dibangun pada 1521 |
Saat Belanda menguasai Melaka pada 1641,
fungsi dan nama bangunan ini berubah menjadi Gereja St. Paul karena berdiri di
atas Bukit St. Paul. Gereja ini tak difungsikan lagi setelah Belanda membangun
Christ Chruch Melaka pada 1753. Kendati demikian, Belanda sempat memperkokoh
dinding bangunan ini dan menjadikannya tempat pemakaman pembesar Portugis dan
Belanda. Batu-batu serupa pintu yang kini disandarkan di dinding merupakan
batu-batu makam yang diambil dari lantai bangunan.
Berada di puncak Bukit St. Paul |
Menarik perhatian banyak wisatawan |
Selanjutnya, pada masa penjajahan Inggris,
bangunan ini dijadikan sebagai gudang tempat menyimpan peluru untuk menyerang
Jawa pada tahun 1810-1811. Inggris sempat mendirikan tiang bendera yang sangat
tinggi di sini serta mengubah nama bukit menjadi Bukit Bendera. Namun, nama itu
tak bertahan lama. Nama Gereja St. Paul lebih populer. Semenjak Melaka merdeka,
bangunan ini dipelihara sebagai cagar budaya dan objek wisata sejarah yang
mengundang banyak wisatawan.
Setelah menjelajahi runtuhan Gereja St.
Paul, saya turun dari bukit untuk melihat-lihat lokasi lainnya di Melaka.
Namun, karena hari beranjak siang, saya mencari surau dan kedai makan. Seorang
penjaja suvenir menunjuk sebuah taman di seberang. Alhamdulillah, terdapat
surau, toilet, dan kedai kecil untuk istirahat dan bersantap siang. Kalau mau shopping,
di sekitar sini juga ada mall. Saya sempat masuk untuk … ngadem hehehe.
Pintu di samping gereja |
Bagian dalam reruntuhan Gereja St. Paul |
Batu-batu makam |
Tanda makam pembesar Portugis dan Belanda |
Badan kembali segar. Saatnya melanjutkan
penjelajahan. Lagi-lagi, deretan bangunan bercat merah menjadi pemandangan
sepanjang jalan. Salah satunya adalah Museum UMNO Melaka yang dibangun pada
1935. Kalau malas jalan kaki, sebenarnya pengunjung bisa naik becak hias yang
lalu lalang di jalan ini. Namun, saya sengaja jalan kaki karena ingin sesekali
berhenti untuk mengambil gambar.
View di depan Gereja St. Paul |
Museum UMNO Melaka |
Sekitar 1 km kemudian, saya sampai di A
Famosa. Dalam bahasa Portugis, A Famosa berarti terkenal.
Bangunan tua di tepi jalan ini merupakan benteng peninggalan Portugis. Benteng ini
merupakan salah satu bangunan sisa arsitektur Eropa paling tua di Asia. Gerbang
kecil yang disebut Porta de Santiago ternyata adalah satu-satunya bagian
benteng yang masih tersisa hingga kini.
Tak terasa, hari mulai sore. Saatnya
bergegas ke kawasan Sungai Melaka sebelum hari mulai gelap. Saya pun kembali ke
kawasan Gereja Merah. Kata teman, ke Melaka tak akan lengkap tanpa menyambangi
sungainya. Sungai di tengah kota ini seolah membelah landscape dengan
bangunan-bangunan tua peninggalan penjajah di kanan dan kirinya. Kalau malas
berpanas-panasan, datang saja pada sore atau malam hari.
A Famosa |
Tinggal gerbang ini yang tersisa |
Foto tampak belakang |
Dilengkapi dua meriam bekas |
Jika berminat menyusuri Sungai Melaka, pengunjung
bisa naik Melaka River Cruise yang beroperasi mulai pukul 09.00 sampai 23.30.
Dengan tiket seharga RM 25 untuk warga lokal dan RM 30 untuk wisatawan asing,
penumpang diajak menikmati pemandangan sepanjang tepian sungai selama 45 menit.
Pengunjung bisa naik boat berkapasitas sekitar 20 orang ini dari dua titik,
yaitu Muara Sungai Melaka dan Taman Rempah Ratus.
Saya memilih jalan kaki saja menyusuri
jalan di tepi Sungai Melaka. Di sepanjang sungai ini terdapat banyak bangunan
tua yang kini umumnya digunakan sebagai café atau homestay. Sebagian
bangunan dihiasi mural beragam warna dan tema. Yang membuat saya kagum, selama
sekitar 45 jalan kaki, saya tak melihat sampah di permukaan sungai. Benar kata
teman yang merekomendasikan kota ini untuk dikunjungi, Melaka cukup bersih.
Sungai Melaka |
Bisa naik Melaka River Cruise |
Jalan kaki sepanjang sungai juga asik |
Boat beroperasi pukul 09.00-23.30 |
Bangunan dihiasi mural |
Kafe dan homestay |
Sungai tampak bersih |
Kanal ini peninggalan Belanda |
Banyak bangunan bersejarah di tepi sungai |
Jalan, kafe, dan homestay di tepi sungai |
Setelah
berdiskusi dengan teman jalan, saya memutuskan tak jadi menginap.
Setelah sejenak melintas di Jonker Street yang tersohor sebagai pusat kuliner
Melaka, kami naik taksi daring menuju Melaka Center. Untung masih ada tiket bus
untuk kembali ke Kuala Lumpur pukul 21.00. Sedikit tips, kalau mau tenang,
seharusnya tiket sudah kita beli siang hari jika ingin kembali ke KL pada malam
hari. Sebab, tak jarang tiket telah habis terjual, terutama pada akhir pekan.
(*)
26 comments
Sungai Melaka bersih bangeeet. Andai di Indonesia juga begitu yaa
ReplyDeleteDi Indonesia juga ada yang bersih kok, semoga yang kotor segera jadi bersih.
DeleteTerbayang kalau masuk reruntuhan Gereja St. Paul ini malam-malam. Pasti seremmmmmmm hahahaha
ReplyDeleteKarena pernah jadi makam ya, hehehehe
Deleterasanya nggak ya. Karena bersih dan rapih lingkungannya. Gak ada bau lembab. Nggak ada aura angker.
DeleteSempat naik Melaka River Cruise juga Mas?
ReplyDeleteGa sempat Mas, buru-buru balik ke KL heheheh
DeleteCafe dan homestay tepi sungainya Instagramable yaaa
ReplyDeleteIyaa, seru buat foto-foto hehehehe
DeleteFoto-fotonya kereen, Bapak
ReplyDeleteTerima kasih banyak, Mbak Ajeng
Deletepesona kota tua yang dirawat dengan baik jadinya kaya gini nih, asik buat ditelusuri.
ReplyDelete-Traveler Paruh Waktu
Betul banget Mas. Saya saja sampai lupa waktu.
DeleteCerita dan foto-fotonya sangat mengundang untuk datang, Mas
ReplyDeleteTerima kasih, Mas Andrew. Semoga bermanfaat ya
DeleteMakasih bro untuk info ini. Saya dan dua teman sedang merintis sebuah Program Travel Rohani yang berafiliasi ke Katolikpedia.id, untuk mengenalkan arsitektur gereja. Saat ini kami sudah mulai dari gereja-gereja yang ada di Jakarta. Mudah-mudahan sampai ke Gereja St Paul ini juga nantinya.
ReplyDeleteSama-sama, Bro. Semoga suskes programnya.
DeleteWah, menarik banget objek-objek di Melaka ini
ReplyDeleteSetuju. Selain menarik, nilai sejarahnya pun tinggi.
DeleteThanks for sharing, sukses terus,.
ReplyDeleteSama-sama, amiiiiin
DeleteGak nyangka Melaka punya tempat bersejarah kayak gini.
ReplyDeleteKalau ada kesempatan, bisa dicoba menjelajah Melaka
DeleteTEN - Titanium Rails - TITanium Arts
ReplyDelete› TEN-TITAN titanium earrings › TEN-TITAN Titanium Rails. w88 TEN. TAN. used ford fusion titanium TEN. Titanium Rails. ceramic vs titanium curling iron TEN. TEN. TEN. TEN. TEN. titanium rod in femur complications TEN. TEN. TEN. TEN. TEN. TEN. TEN. TEN. TEN. TEN. TEN. TEN. TEN. TEN. TEN. TEN.
ks336 lacoste chile poleras,new era cap danmark,giro peru,mlb kleding,gant romania,botines kickers hombre,gant buty,gant sneakers,yonexromania iq512
ReplyDeletecoba bermalam di Melaka ya, sambil menikmati kuliner malam di sana, atau sekedar ngopi di pinggir sungai di malam hari, sepertinya menarik
ReplyDelete