BUTON, TAWARKAN PERBUKITAN KHAS BOJONEGORO
14:14:00
Pariwisata sudah
menjadi salah satu sektor yang mengandung magnet untuk dikembangkan. Kini
banyak pihak yang berlomba melambungkan potensi wilayahnya sebagai destinasi
pilihan para penikmat liburan. Mereka menangkap peluang dengan menyulap potensi
alam yang sebelumnya tak terawat menjadi lokasi yang menarik untuk dikunjungi. Sosial
media, terutama Instagram, menjadi etalase yang sangat efektif untuk menyerap
daya tarik.
Strategi inilah yang
dipilih oleh sekelompok pemuda Desa Sambongrejo, Kecamatan Gondang, Bojonegoro.
Dengan usaha keras, terciptalah sebuah objek wisata alternatif bernama Buton,
singkatan dari Bukit Tono. Sejak Juli 2017, lokasi ini perlahan tapi pasti
mampu mengundang wisatawan yang ingin berfoto dengan view sawah dan perbukitan. Bukit yang dulu tak dilirik sama sekali
itu kini menjadi kebanggaan warga Bojonegoro.
Bukit dan lembah hijau menjadi latar |
Hendak turun, tapi batal |
Kawasan ini memang berada di dataran tinggi Bojonegoro |
Sebenarnya, sejak
Buton dibuka, beberapa rekan yang tinggal di dekat lokasi mengundang saya untuk
berkunjung ke sini. Namun, karena pernah 10 tahun bertugas di kawasan ini, saya
tahu persis bagaimana kondisi perbukitan ini saat musim kemarau. Tak sampai
gersang, hanya tak sehijau pada musim hujan. Nah, beberapa hari lalu, saya
mencoba melihat dengan mata kepala sendiri keindahan bukit ini. Tak sulit
menemukannya karena berada tepat di tepi jalan Desa Sambongrejo.
Hanya beberapa langkah
dari tempat parkir, saya sudah sampai di loket tiket. Harga tiket Rp 3.000 pada
hari biasa dan Rp 5.000 saat weekend.
Objek ini menjadi ajang kreativitas pemuda setempat dengan membangun beragam photobooth. Ada menara pandang, sayap
kupu-kupu, sarang burung, dan rumah-rumahan. Saya sempat mencoba berfoto di
sana. Seolah tidak ingat usia, seru juga berpose di beberapa spot itu.
Perbukitan, lembah, dan sawah nan menghijau menjadi latar yang menarik.
Sarang burung, salah satu spot foto |
Dulu bukit ini tak terawat |
Sempat mencoba
menuruni tebing, tapi saya urungkan karena cuaca amat terik hehehe. Apalagi
rasa haus mulai melanda. Tidak ada pilihan lain untuk berteduh dan membeli
minuman dingin di dekat loket tiket. Nah, di tempat itulah tanpa sengaja saya
bertemu Mas Yunan, salah satu perintis Buton. Kebetulan nih, bisa sekalian
wawancara. Pertanyaan pertama saya tentu saja mengapa bukit ini dinamai Bukit
Tono. “Jadi, dulu ada seorang veteran perang yang tinggal di bukit ini, Mas.
Namanya Pak Tono,” jelas Mas Yunan.
Salah satu menara pandang |
Foto-foto tak perlu antre |
Kabarnya, panorama sunset di sini indah |
Dia menambahkan, Buton
merupakan rangkaian dari upaya pengembangan potensi wisata di Kecamatan
Gondang. Sebelumnya, potensi yang sudah dikelola antara lain Watu Gandul. “Kami
ingin potensi wisata di kecamatan kami dikenal oleh warga luas. Sebab, masih banyak
potensi lainnya, Mas, misalnya Watu Gajah, Air Terjun Kedung Gupit, dan sumber
air panas Banyu Kuning. Selain itu, kami ingin memberdayakan rekan-rekan muda
untuk turut berkarya demi kemajuan daerahnya,” terang ayah dua putri ini.
Upaya Mas Yunan dkk
ini ternyata mendapat apresiasi dari pemerintah. Meski usianya belum genap
setahun, Buton mampu mengungguli objek wisata lain dengan menyabet gelar juara pertama
dalam event Apresiasi Pengelolaan
Wisata Desa Tingkat Kabupaten Bojonegoro 2017. Dengan prestasi ini, para pemuda
Desa Sambongrejo semakin berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan
sebagai aset pariwisata mereka.
Spot rumah-rumahan bercat putih ini lucu juga |
Semoga kebersihan bukit ini tetap terjaga |
Banyaknya pengunjung
memiliki dua sisi, keuntungan dan tantangan. Keuntungannya sudah jelas.
Pariwisata lokal dan ekonomi masyarakat setempat menggeliat. Namun, salah satu tantangan
mereka saat ini adalah masalah kebersihan. Saya lihat masih ada pengunjung yang
enggan membuang sampah di tempatnya. Jika ini tidak diperhatikan, bukan tidak
mungkin pesona Buton akan meredup. (*)
38 comments
Objek wisata kayak gini sempat jadi pro kontra kalau gak salah beberapa waktu lalu. Aku sih gak masalah, apalagi kalo digerakkan oleh anak-anak muda setempat kayak gini. Secara gak langsung pasti ikut mendorong perekonomian sekitaar
ReplyDeleteSetuju Kak, apalagi ini sebelumya bukan objek tujuan wisata, hanya bukit tak terawat. Mereka pun ga sampai merusak alam. Justru mereka memberdayakan pemuda dan meningkatkan ekonomi warga sekitar. Hehe.
DeleteWah, jadi pengen ke sini. Saya orang Bojonegoro malah belum ke sini
ReplyDeleteAyo buruan ke sini, hehe
DeleteAku kira Buton di Sulawesi Tenggara loh hhe. Ternyata di kampungmu ya Mas Edy. Lingkungannya masih alami dan cantik, semoga bisa terus dirawat yah.
ReplyDeleteHihihi, iyaa, namanya mengecoh ya Kak.
DeleteAmiiiiiin. Makasih sudah mampir, Kak.
Bagus ni buat digali lagi jadi potensi wisata yang bisa meningkatkan perekonomian daerah...
ReplyDeleteIya, Mas, bagus buat pemberdayaan masyarakat juga
DeleteFoto di sarang burung itu lucuk ya. Kayak anak burung menunggu induknya. haha. becanda saya Mas nyah. Tapi Buton ini menarrik juga, cuman secara nama mesti ada penanda yang membedakannya dengan Buton yang di Sulawesi. Awal baca kirain kesono. Alasan Mas Edy ke Buton nih biar nanti ada artikel Beda Buton Sulawesi dan Buton Bojonegoro
ReplyDeleteAmiiiiiiin, semoga saya bisa ke Buton Sulawesi ya, Mas. Bisa aja nih Kang Aip. Saya juga baru sadar nama Buton ini mengecoh hehehe.
DeleteLangitnya pas lagi bagus.... Jadi foto2nya makin ketcheee..
ReplyDeleteDannn makin banyak wisata semacam ini ya Mas.. Makin banyak orang jalan2.... Makin banyak yang perkenalkan wisata di daerahnya.... Indonesia jadi makin hits nanti... Bagusla. Jadi banyak lokasi yang bisa didatengi
Katanya kita ga boleh kurang piknik Mas. Makanya tempat piknik jadi banyak. Ya lumayanlah jadi makin banyak pilihan.
Deleteaku suka filosofi namanya, sebagai bentuk penghormatan kepada veteran yang tinggal di situ.
ReplyDeletepenasaran nih gimana cakepnya pemandangan bukit tono saat sunrise atau sunset :)
Setuju, Kak. Itu namanya tidak melupakan sejarah dan orang yang sudah berjasa ya. Hidup pahlawan!
DeleteTadinya aku pikir Buton itu di Pulau Buton, Mas. Eh nggak tahunya Bukit Tono. Kreatif yang memberi nama. Setuju sekali dengan menambahkan beberapa sentuhan seperti lokasi lokasi untuk foto, jadinya instagramable banget...
ReplyDeleteKonsep foto buat instragram memang lagi booming Mbak. Ya namanya juga cari pengunjung ya. Hehehe.
DeleteApalah artinya usia pak hahaha, koq ga foto berlatar sayap kupu2?
ReplyDeleteIya ya, usia hanya angka. Sayap kupu-kupunya kurang cetar wkwkwkwkw
DeleteBagus..tapi diferensiasi dan keunikannya masih kurang mas.., jangan cuma jadi tempat foto2..tp mungkin enak kalo dibuat saung2 tempat istirahat yg nyaman..
ReplyDeleteSetuju nih, saung dengan disuguhkan menu khas desa ini. Wah, seru tuh jadi wisata kuliner juga.
Deletejagan Lupa jaga kesehatan pak jalan-jalan terus kunjungi http://www.rumahmedis.com/
ReplyDeleteSiaaap, Mbak. Makasih ya sudah diingatkan
DeleteAwannya cantik banget, cuacanya lagi cerah pas buat foto-foto di Buton :D
ReplyDeleteCheers,
Dee - heydeerahma.com
Ini namanya mestakung: semesta mendukung hahaha
DeleteBagus.... Juga Bojonegoro ya wisata yang sangat menarik juga
ReplyDeleteAyo dolan nang Bojonegoro. Bojonegoro saiki wes matoh hehehe.
DeleteModel wisata kaya begini mang lagi hits dimana mana.. ? Apa lagi yg doyan cekrek cekrek.
ReplyDeleteNama nya mengundang rasa penasaran,kirain Buton yang di Sulawesi sana Om !!
Foto-foto buat dipajang di sosmed memang masih booming ya Mas. Makasih sudah berkunjung.
DeleteTadinya saya mikir Buton di Sulawesi sana ����
ReplyDeleteSekarang banyak ya tempat wisata yang menawarkan spot foto seperti ini, seperti di Jogja, Malang atau bahkan di Jayapura pun sudah ada.
Bagus sih, bisa menarik pariwisata lokal asal tetap dirawat aja ��
Ternyata banyak ya yang awalnya mengira ini Buton Sulawesi. Iya, setuju, asal dirawat dan dijaga kebersihannya. Satu lagi, dijaga keamanannya hehe.
DeleteButon memang menawarkan perbukitan khas dari bojonegoro. dengan panorama yang indah serta para karang taruna yang bergotong royong untuk melestarikan sehingga membuat daya tarik wisatawan tinggi. tidak hanya itu tarif yang murah juga menjadi pilihan tersendiri bagi wisatawan untuk mengunjungi bukit ini. untuk tetap melestarikan tempat pariwisata ini, diharapkan pengunjung juga berpartisipasi dengan membuang sampah pada tempatnya dan tidak merusak pohon atau fasilitas di tempat wisata ini. agar tempat wisata ini tetap dapat kita nikmati sampai ke generasi selanjutnya.
ReplyDeleteNah, penting banget itu buang sampah di tempatnya!
Deletesangat menarik sekali wisata di sini
ReplyDeleteBisa dicoba main ke sini kalau ke Bojonegoro
DeleteAku yang deket aja belum pernah kesini,,btw niche share om ��
ReplyDeleteThank you, Mas. Mainlah ke sini, kan deket
DeleteAwas roboh sarang burungnya mas. Mas gede....
ReplyDeleteAlhamdulillah aman kok, Mas
Delete