JADI TAMU ISTIMEWA DI FORT MARLBOROUGH
23:38:00
Bangunan-bangunan peninggalan zaman penjajahan di Indonesia
umumnya didirikan pada masa pemerintahan Belanda atau Jepang. Namun, tahukah kalian,
ternyata ada juga bangunan yang diwariskan oleh Inggris. Namanya Fort
Marlborough. Benteng yang dikabarkan terbesar di Asia itu hingga kini masih
berdiri megah serta menjadi salah satu objek wisata dan penelitian sejarah di
Bengkulu. Hebatnya, sebagian besar sisi bangunan benteng berarsitektur khas
abad ke-17 ini masih asli, tidak mengalami renovasi signifikan.
Saya berkesempatan melihat dengan mata kepala sendiri
kemegahan Fort Marlborough saat mengikuti famtrip beberapa waktu lalu yang
diselenggarakan Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu, bekerja sama dengan Alesha Wisata. Kami yang terdiri atas 33 blogger disambut upacara adat Bengkulu saat
sampai di pelataran benteng. Prosesi ini dahulu sebenarnya hanya ditampilkan untuk menyambut
tamu adat atau kerajaan. Tentu saja kami merasa terhormat. Apalagi, ini pertama
kalinya saya mendapat sambutan seistimewa ini saat mengunjungi objek wisata.
Sajian menarik ini diawali bunyi seruling dan gamelan khas Bengkulu, mengiringi dua pria yang menunjukkan aksi pencak silat. Gerakan mereka seirama dengan alunan musik tradisional nan rancak. Selanjutnya, lima penari cantik begitu gemulai menggerakkan tangan dan badan, memainkan tari bertajuk Sekapur Sirih. Bunyian khas tradisi masih mengiringi. Sekilas, menurut saya, iramanya mirip dengan musik tradisional adat Minangkabau. Penampilan penari dan pemain musik tradisional yang tergabung dalam Sanggar Arastra Bengkulu ini benar-benar menyedot perhatian kami.
Sajian pembuka, pencak silat |
Tari Sekapur Sirih dimulai |
Biasanya ditampilkan untuk menyambut tamu adat dan kerajaan |
Sajian menarik ini diawali bunyi seruling dan gamelan khas Bengkulu, mengiringi dua pria yang menunjukkan aksi pencak silat. Gerakan mereka seirama dengan alunan musik tradisional nan rancak. Selanjutnya, lima penari cantik begitu gemulai menggerakkan tangan dan badan, memainkan tari bertajuk Sekapur Sirih. Bunyian khas tradisi masih mengiringi. Sekilas, menurut saya, iramanya mirip dengan musik tradisional adat Minangkabau. Penampilan penari dan pemain musik tradisional yang tergabung dalam Sanggar Arastra Bengkulu ini benar-benar menyedot perhatian kami.
Penari paling depan membawa bokor berisi daun sirih |
Mas Faat didaulat mengunyah daun sirih |
Kami dipersilakan memasuki gerbang Fort Marlborough |
Ternyata, di balik gerbang utama itu, terhampar lapangan
hijau nan luas. Bangunan benteng berdiri di sekeliling lapangan. Beberapa
meriam berderet rapi di tepi jalan. Kami pun memasuki setiap sisi benteng yang
dibangun oleh East India Company (EIC) pada 1713-1719, di bawah pimpinan
Gubernur Joseph Callet, ini. Ada ruang yang kini difungsikan sebagai museum. Ada
pula ruang tahanan, terowongan, dan gudang senjata. Sisi lainnya adalah revaline,
yaitu bangunan di atas parit yang mempunyai tiga sudut, terhubung dengan
benteng oleh sebuah jembatan. Bagian benteng yang juga menarik adalah bastion,
yaitu bangunan menjorok yang terletak di setiap sudut benteng. Fungsinya sebagai
lokasi menyerang musuh tanpa menampakkan diri.
Salah satu pintu ruang museum |
Banyak info tentang sejarah Inggris di Bengkulu |
Salah satu diorama di museum |
Sekitar 30 menit kemudian, kami diminta berkumpul di tengah
lapangan. Rupanya, belasan pemuda pemain musik Dol sudah siap beratraksi. Wah,
kami pun antusias saat mereka mulai beraksi. Hentakan irama ritmis gendang bersahut-sahutan.
Bunyi tetabuhan penuh semangat terdengar megah. Pertunjukan Dol ini tidak hanya
meriah lantaran genderang gendang, tetapi juga karena gerak dan teriak
serentak. Apalagi, di akhir sajian, kami diajak berjoget dan mencoba turut memukul
gendang berukuran cukup besar itu.
Dahulu, Dol hanya dimainkan saat perayaan Tabot, setiap 1-10
Muharram (tahun baru Islam), dalam rangka mengenang wafatnya Imam Hasan dan
Imam Husein (cucu Nabi Muhammad). Waktu itu, penabuh Dol pun bukan sembarang orang.
Mereka adalah keturunan Tabot, warga Bengkulu keturunan India. Dol memang
dikenalkan pertama kali oleh masyarakat muslim India yang datang ke Indonesia,
dibawa pemerintah kolonial Inggris yang saat itu membangun Fort Marlborough.
Namun, kini Dol menjadi milik masyarakat Bengkulu. Siapa pun boleh
memainkannya.
Alat musik Dol terbuat dari bonggol kelapa yang dilubangi bagian atasnya. Lubang itu lalu ditutup dengan kulit kambing, lembu, atau sapi. Diameternya sekitar 70-125 cm dengan tinggi mencapai 80 cm. Sedangkan alat pemukul Dol berdiameter sekitar 5 cm dengan panjang sekitar 30 cm. Saya merasakan sendiri keseruan memukul gendang Dol. Karena harus menciptakan bebunyian serempak nan berirama, ketukan saya berbeda dengan ketukan pemain lainnya. Suaranya mirip tabuhan beberapa bedug bersama-sama.
Genderang gendang beradu dengan gerak rancak serentak |
Seruling dimainkan di antara tetabuhan gendang |
Para pemain Dol beberapa kali membentuk formasi |
Setelah puas bermain Dol serta berfoto bersama para pemain musik
dan penari, kami kembali mengelilingi Fort Marlborough. Selain ruang-ruang
bersejarah, naik ke lantai atas bangunan benteng tak kalah menarik. View Samudra Hindia dan Kota Bengkulu
sayang untuk dilewatkan. Para rekan blogger tak henti-hentinya mencari spot
untuk berfoto. Maklum, tak sedikit spot yang menurut kami Instagramable. Waktu 1,5 jam kunjungan rasanya kurang untuk mengabadikan
seluruh sisi benteng yang berada di dekat Pantai Paderi dan Pantai Zakat ini.
Fort Marlborough dikabarkan sebagai benteng terkuat buatan Inggris
di wilayah Timur, setelah Benteng St. George di Madras, India. Selain menjadi lokasi
pertahanan, benteng yang dibangun di atas bukit buatan ini juga memiliki ruang
tahanan yang digunakan pada masa penjajahan. Selain itu, seiring perkembangan
masa, bangunan bersejarah yang berlokasi di Jalan Bencoolen, Kota Bengkulu, ini
dahulu juga sempat dijadikan sebagai pusat perdagangan Inggris di Indonesia.
Coba cari sosok diri saya, hehehe |
Salah satu spot yang Instagramable |
Saya seolah punya sayap :) |
Eh, ada Kak Benaa |
Nama Marlborough ternyata berasal dari nama bangsawan Inggris saat itu, Duke Marlborough I |
Meriam yang menghadap Samudra Hindia |
Terima kasih, Bengkulu |
Mungkin karena pernah menjadi lokasi penahanan itulah, Fort Marlborough kerap diidentikkan dengan kisah-kisah mistis. Suara langkah kaki terdengar tanpa wujud manusia. Kadang muncul sosok pemuda dengan kaki dipasung. Ada juga yang mengaku mencium bau bangkai, padahal tidak ada bangkai di sana. Itulah sederet cerita seram yang beredar. Untunglah, selama berada di benteng ini, yang kami lihat justru sebaliknya. Semua bagian benteng ini tampak tertata rapi, bersih, dan terawat. Apalagi, kami datang beramai-ramai sehingga sama sekali tak terasa aroma mistis. (*)
34 comments
Sekilas mirip museum kota jakarta tua. Ada ruangan tahanan dan peralatan meriamnya .
ReplyDeleteMembaca tulisan ini membuat saya membayangkan bagaimana kondisi zaman dahulu ya? Pasti menyedihkan .
Alhamdulillah sekarang sudah zaman merdeka ya, Bu. Bersyukur kita juga berkesempatan mengisi kemerdekaan. Hehehe.
Deletejelas jadi salah satu daftar tempat yg harus saya kunjungi suatu saat nanti 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
ReplyDeleteObjek bersejarah ini recommended, Mas Adji. Kalau Mas yang moto, pasti lebih kece.
DeleteMenikmati peninggalan sejarah sambil ditingkahi oleh pertunjukan budaya, sebuah trip yang sangat sempurna Mas Edy. Beruntungnya semasa peralihan kekuasaan Belanda Indonesia benteng peninggalan Inggris ini tetap berdiri kokoh hingga bisa kita nikmati sekarang untuk melongok masa lalu Indonesia
ReplyDeleteBetul, Mbak, benteng ini selalu difungsikan dengan baik dari masa ke masa.
DeleteInstagram-able juga ya dan kayaknya terawat baik.. Pernah ke Bengkulu, tapi belum mampir kesini..
ReplyDeleteBenteng ini memang sangat terawat, Kak. Coba deh mampir sini kalo ke Bengkulu lagi.
DeleteBertahun-tahun tinggal di Bengkulu dan berkali-kali ke benteng malborough, baru sekali saat famtip yg datang ke sini pake disambut haha
ReplyDeleteAda ide nih Kak, gimana kalo tarian dan musik ini ditampilkan reguler, misalnya setiap awal bulan. Bagus tuh buat mengundang pengunjung.
DeleteWih keren tarian2nya..
ReplyDeletekalo saya kesana trus pengen liat tarian itu gmn ya caranya...??
Kemarin baru saya sampaikan ke temen-temen aktivis Bengkulu heritage, Mas, mereka setuju kalo penampilan tari dan musik ini ditampilkan reguler, misalnya setiap awal bulan. Semoga terealisasi.
DeleteBanyak spot bagus buat foto ya.
ReplyDeleteSepintas nama bentengnya kayak merk rokok. :D
Aku baru tahu ada benteng peninggalan Inggris terkuat di Indonesia, ya di Bengkulu ini.
Terima kasih infonya, mas.
Saya pun langsung inget rokok itu pas baca nama benteng ini, Kak, hehe. Sama-sama, semoga bermanfaat ya, Kak
DeleteTempatnya bagus ms brow,adatnya masih kental
ReplyDeletetrimkasih nambah wawasan
Sama-sama, Pak. Semoga bermanfaat :)
DeleteSepertinya menarik sekali, bangunan tua nan bersejarah disandingkan dg kebudayan lokal. Jadi bangunannya tidak terkesan kaku.
ReplyDeleteBetul banget Mas, apalagi sejarah gendang dol berkaitan dengan Fort Marlborough
DeleteSenangnya jadi tamu istimewa, hehe. Aku juga baru tau ada bekas jajahan Inggris di Indonesia. Kirain cuma Belanda, Jepang, sama Portugis.
ReplyDeleteSama Kak, saya juga baru tahu ini peninggalan Inggris.
DeletePertunjukan seni tradisi yang menarik, apalagi ditampilkan di tempat yang bersejarah.
ReplyDeleteApalagi seni ini memang ada kaitan sama Fort Marlborough
DeleteMeriah sekali disambut penampilan kesenian daerah. Gak setiap orang dapat pengalaman seperti ini. Benteng ini keren banget, dan terawat rapi. Salut sama pemeliharanya. Dan kalau ingat bahwa Bengkulu adalah lahan tukar guling dengan Singapura antara Belanda dan Inggris, suka ikut gemas ya. Kok nasibnya bedaaaa ?
ReplyDeleteSeandainya Bengkulu dulu tetap dipegang Inggris, akankah maju seperti Singapura? hehehe
DeleteAjegileee.... Baca ini malah keinget film2 kerajaan korea korea gt.... Bagus kayaknya kalo dibikin film kerajaan jaman dulu pake lokasi ini... Kek Princess hour gt.. Halah... Malah ngomongin film. Wkwkwk
ReplyDeleteAda nuansa kolosal ya, Mas. hehehe
DeleteSukaaa, bentengnya terawat dengan baik ya
ReplyDeleteBersih dan rapi deh
DeleteWaah, tari Sekapur Sirih yang ditampilkan bagus sekali
ReplyDeleteIya, Bu, cantik-cantik pula penarinya
DeleteCoba datangnya malam-malam mas, jadi wisata horror mungkin ya.. Hehehe :)
ReplyDeleteWiih, bisa jadi, Kak. Apalagi kalau sendirian ya, hahaha
DeleteAtraksi rampak dol yang paling kusuka!
ReplyDeleteBtw mas Faat curhat tau abis makan pinang sirih gak ada yang nyodorin minum, hahaha! Mingkemlah mulutnya selama di benteng :D
Ya ampuuuun, Bang Faat. Kasian dong, hihihihi.
Delete