SERUNYA WISATA MOJO BAHARI
15:45:00
Saya kadang menemukan lokasi menarik tanpa sengaja. Ini pula
yang terjadi beberapa hari lalu saat ingin membeli belimbing di Agrowisata
Ringinrejo, Kecamatan Kalitidu. Saat hendak pulang, saya lihat tulisan petunjuk
arah menuju Wisata Mojo Bahari. Saya merasa aneh dengan kata “bahari” itu lantaran
Bojonegoro tak memiliki laut. Jangan-jangan, nama lengkap desa itu memang Mojo
Bahari. Ah, daripada penasaran, saya tancap gas mengikuti petunjuk arah.
Sempat sekali bertanya ke warga, saya pun menemukan lapangan
yang cukup luas dengan tulisan Dermaga Wisata Mojo Bahari. Terpampang pula foto
perahu yang disediakan untuk berwisata. Baru saja saya turun dari kendaraan,
seorang remaja keluar dari warung kecil lalu dengan ramah mendekat. “Mau naik
perahu ya, Mas? Sebentar ya, saya ambilkan kuncinya dulu. Mas jalan aja dulu ke
tepi sungai, nanti bisa nunggu di perahu,” ujarnya.
Jadi, yang dimaksud “bahari” di sini adalah berwisata naik
perahu menyusuri Sungai Bengawan Solo. Masih terdengar aneh ya. Tapi saya
menghargai upaya masyarakat Desa Mojo yang berinisiatif membuka paket wisata
ini. Objek ini merupakan salah satu program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Mojo. Mereka ingin mengangkat potensi alam mereka, yaitu kebun belimbing, kebun
pisang, dan Sungai Bengawan Solo yang dibendung sehingga tampak seperti danau.
Jalan masuk menuju Dermaga Wisata Mojo Bahari |
Kebun belimbing siap panen |
Belimbing di sekitar Agrowisata Ringinrejo |
Perahu tertambat di tepi sungai |
Saat itu, suasana sepi. Saya berjalan kaki melewati jalan
setapak di antara kebun belimbing. Tak jauh, hanya sekitar 30 meter, saya sudah
sampai di tepi sungai. Tertambat di sana sebuah perahu rakitan yang cukup
besar. Dua perahu panjang digunakan sebagai alas perahu, di sisi kanan dan kiri,
fungsinya sebagai pelampung. Di atasnya terdapat semacam saung dengan kerangka
besi, berlantai besi, dan beratap galvalum. Saung ini dikelilingi pagar besi. Terdapat
beberapa kursi besi panjang di dekat pagar untuk tempat duduk para penumpang.
Beberapa pelampung keselamatan tergantung di sudut-sudut perahu.
Sambil menunggu petugas yang tadi ambil kunci, saya leluasa
naik perahu dan memilih beberapa spot untuk berfoto. Jujur saja saya tergoda naik
ke ujung perahu karena pemandangan di sekitarnya menarik di mata saya. Air
sungai yang biasanya keruh dan berarus besar saat musim hujan kini tampak bening
dan tenang. Langit biru dan awan putih pun terpantul indah di permukaan sungai.
Angin sepoi yang berhembus menambah damai suasana.
Di ujung perahu |
Pose-pose mumpung sepi |
Suasana nan damai dan tenang |
Saat musim hujan, air tak sebening ini |
Sekitar 30 menit kemudian, petugas yang memperkenalkan diri
bernama Mas Joko datang bersama beberapa rekannya. Datang pula satu rombongan
keluarga yang juga hendak berwisata naik perahu. “Maaf, Mas menunggu lama ya.
Tadi petugasnya belum siap. Minimal tiga petugas harus ada di perahu Mas karena
punya tugas masing-masing. Saya pengemudi perahu, satu teman nanti bagian bagi
minuman, satu teman lagi menjaga keamanan,” terang Mas Joko.
Pelan-pelan, perahu mulai berjalan meninggalkan tepian
sungai. Ternyata, perahu rakitan ini digerakkan dengan mesin mobil Panther. Mas
Joko yang duduk di belakang setir tampak santai sehingga saya berani
mengajaknya berbincang. Dia menjelaskan, paket wisata ini baru dibuka setelah Lebaran
kemarin dengan melibatkan pemuda karang taruna. Ini baru tahap rintisan.
Rencana selanjutnya, wisata perahu ini ditawarkan satu paket dengan wisata
petik belimbing dan pisang ulin. “Kami juga bekerja sama dengan desa di
seberang sungai untuk membangun fasilitas flying
fox, Mas,” paparnya.
Saat saya sedang asyik menyimak penjelasan Mas Joko, seorang
petugas membagikan sebotol teh Pucuk kepada para penumpang. Saya heran, hanya
dengan tiket Rp 10 ribu, pengelola berani memberi fasilitas air minum kemasan
yang harganya di supermarket sekitar Rp 5 ribu. Apa pengelola tidak rugi? Biaya
operasional perahu dan petugas tentu tak sedikit. “Saat ini kami masih masa promo
Mas, semoga dengan biaya yang murah ini banyak pengunjung yang datang,” jelas
Mas Joko.
Benar-benar saya nikmati sensasi ini |
Serasa berfoto di depan lukisan |
Refleksi langit dan awan di mana-mana |
Terpaan angin merayu mata saya menyapu pemandangan
sekeliling. Saya sungguh sangat menikmati perjalanan ini. Air sungai bersih. Tepian
sungai hijau oleh pepohonan. Tak tampak bangunan rumah atau gedung yang
mengganggu pemandangan. Semua permukaan sungai siang itu menyuguhkan refleksi
langit biru dan awan putih yang berarak. Saya pun tergoda kembali naik ke ujung
perahu, menceburkan kaki ke sungai, dan merasakan sensasi segarnya air Bengawan
Solo.
Hingga sampailah perahu di dekat Bendungan Gerak Bojonegoro. Bangunan
ini merupakan proyek Pemkab Bojonegoro untuk mengatur debit air sungai. Bendungan
yang menghabiskan dana Rp 351 miliar ini multifungsi, antara lain sebagai
pengendali banjir, irigasi pertanian, serta penyedia air baku bagi industri dan
rumah tangga. Saya baru kali ini berkesempatan melihat langsung bendungan ini,
langsung dari sungai. FYI, bangunan yang berada di Desa Ringinrejo, Kecamatan
Kalitidu, ini juga dijadikan objek wisata oleh masyarakat setempat.
Bendungan Gerak Bojonegoro |
Pengendali banjir, irigasi pertanian, serta pemasok air baku industri dan rumah tangga |
Petugas keamanan siap siaga di salah satu ujung perahu |
Kini jadi objek wisata juga |
Perahu kemudian berputar, kembali ke titik start. Tak kurang dari 20 menit kami
dibawa berkeliling menikmati panorama Bengawan Solo. Kabarnya, pada sore hari,
kita juga bisa menikmati keindahan sunset.
Tinggal pilih, pemandangan sungai di bawah langit biru pada siang hari atau view matahari tenggelam pada sore hari. Pada
hari biasa, perahu ini beroperasi mulai pukul 14.00-17.00. Sedangkan saat weekend, mereka melayani pengunjung mulai
pukul 09.00-17.00. “Tapi kami pernah melayani pengunjung sampai Magrib,” kata
Mas Joko. (*)
29 comments
Wow keren perahunya.
ReplyDeleteBesok Mau ke sana ah..sambil cuci mata di bengawan solo...
Cuci mata di Bengawan Solo? Jangan pakai sabun ya Bu hehe
DeleteWah keren ya mas sekarang banyak warga yang mengoptimalkan potensi yang dimiliki daerahnya sebagai wisata... Pemilihan spot fotonya keren dengan panorama alam sekitar.
ReplyDeleteIya nih, saya suka warganya kreatif mengangkat potensi lokalnya.
DeleteMakasih, Mas.
Juara menemukan lokasi2 baru ya...ud cocok lah jadi duta wisata Bjn
ReplyDeleteUdah terlalu tua, Pak. Gimana kalo jadi jurinya aja? Hahaha
DeleteAlhamdulillah ikut senang melihatnya, seolah ikut menikmati juga, tulisannya bagus, tidak hanyut ikut arus alias gaul dadakan tapi sangat mudah dipahami. Bisa digunakan sebagai media pembelajaran Bahasa Indonesia K-13 ini. Izin copas ya buat media sekaligus bagian dari materi pembelajaran. Keep writing!
ReplyDeleteAlhamdulillah, dapat pujian dari Pak Jindan. Memang saya berusaha memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kalau ada yang kurang, mohon beri masukan.
DeleteDengan senang hati, silakan dipakai untuk media pembelajaran, Pak. Justru itu yang saya harapkan, tulisan saya bermanfaat, amin.
Josss...gak rugi jurusan bahasa indonesia...ha...ha...
DeleteSaya selalu angkat topi pada warga desa yg kreatif dan tidak hanyak berpangku tangan melihat potensi wisata di daerahnya. Semoga desa mojo bahari semakin dikenal ya mas, agar semakin ramai. Menjadi salah satu alternatif wisata juga.
ReplyDeleteBtw itu airnya tenang banget, malah kesannya menyeramkan :D
Amiiiiin. Impian mereka masih banyak Mas, dan itu terwujud insya Allah jika langkah pertama ini berhasil.
DeleteAirnya memang tenang, tapi ga menghanyutkan kok hahaha
kreatif banget ya penduduk sana memanfaatkan potensi alam yang ada..
ReplyDeletesemoga bisa jadi contoh buat daerah lain..
Saya juga salut sama mereka Mas, apalagi melibatkan pemuda karang taruna
DeletePasti seru banget nemu tempat wisata yang belum keekpos kaya gini, apalagi nemunya ga sengaja ya mas
ReplyDeleteMasih sepi, tenang, dan yang paling penting belum banyak sampah, hehe
Nah itu, belum banyak sampah. Kalo ada sampah, ga bakal menarik lagi sungai ini. Semoga pengunjung dan pengelolanya sadar kebersihan hehe
DeleteAir yang punya dua fungsi, selain untuk mengatur sumber air juga bisa dijadikan tempat wisata. Kalau melihat dari foto-fotonya Mas Edy, kata anak muda instagramable banget. Refleksi awannya seperti di cermin. Keren banget Mas. Kalau sore sore bawa anak-anak ke sini sambil naik perahu seru banget kali ya :)
ReplyDeleteIya Mbak, siang itu kebetulan cerah, jadi dapet refleksinya. Seru banget sore-sore bawa anak ke sini, sekalian liat sunset hehe
DeleteHih kalo deket pasti udah ikutan meluncurr.... Ahahah.. Skr masih masa promo g ya mas?
ReplyDeleteJadi inget di malang wisata petik apel (yg blm pernah kukunjunhi juga. Wkwkw). Wisata petik belimbing dan pisang ulin oke juga. Asal jangan wisata petik kenangan pahit aja... Wkwk....
Main-mainlah ke Bojonegoro, Mas. Siapa tau bisa memetik kenangan manis hahaha
DeleteWah, mas, pemandangannya indah sekali. Air yang jernih berpadu dengan langit yang bersih, dibingkai dalam suasana hijau yang tenang...
ReplyDeleteRasanya senang ya nggak sengaja menemukan potensi wisata. Dan seneng juga warga di desa-desa udah lebih melek dengan potensi wisata. Tinggal bagaimana mereka merawatnya setelah tempat yang dipromosikan ini tetap indah dan lestari :)
Itu poinnya Kak, warga lokal sadar potensi dan mengembangkannya menjadi kegiatan bernilai ekonomis
DeleteKeren! Warganya kreatif. Sebenarnya dari kata 'bahari' aja udah bikin penasaran orang untuk datang. Masih bersih ya, kalau ada abg alay yang buang sampah sembarangan, suruh kuras sungai aja. ��
ReplyDeleteHooh, setuju banget kalo anak alay yg buang sampah sembarangan disuruh kerja sosial sebulan bersihin sampah, hehehe
DeleteJadi, bahari skrg tidak berarti laut doang ya ? Hehhe.. tapi harus dihargai, upaya penduduk sana "menciptakan" destinasi wisata baru..
ReplyDeletePemakaian kata "bahari" kurang tepat ya Kak, tapii apalah arti sebuah nama hehehe. Yg penting mereka mampu mengembangkan potensi desanya.
DeleteKaget pas tau harga tiketnya 10.000. dan pemandangannya menang cantik sekali ya.... Kreatifitas lokal memang kadang mengejutkan
ReplyDeleteKaget karena murah kan Mas? Hehehe. Saya juga.
DeleteInisiatif banget penduduk disana. Membuat kreasi wisata sendiri. Harganya murah meriah pula, semoga Makin laris. Seru ya menemukan destinasi wisata baru..
ReplyDeleteOh iya.. andai pas di perahu diputarkan lagu Bengawan Solo, efeknya pasti lebih makjelb
Usul yang menarik Mas Arief. Menikmati pemandangan ditemani tembang Bengawan Solo. Hmmmm
Delete