Sejak kecil, saya suka seafood.
Olahan berbahan hasil laut ini selalu menggoda selera. Itulah mengapa restoran
atau warung yang menyediakan seafood
menjadi sasaran saya saat kangen dengan cita rasa khas wilayah pesisir
ini. Untungnya, di Bojonegoro yang tak
punya laut ini ada Pawon Seafood Resto. Saya pun tak perlu jauh-jauh ke Tuban
atau Lamongan untuk menikmati beragam kuliner kaya protein dan omega 3 ini.
Rasa penasaran yang terpendam lama itu pun pecah; snorkeling!
Inilah kali pertama saya dan keluarga mencoba sensasi mengagumi pemandangan
bawah laut. Kesempatan itu datang saat menikmati liburan di Gili Trawangan,
Lombok. Oya, beberapa bulan sebelumnya, saya bikin IG story foto akuarium
dengan tulisan asal "anggap aja lagi snorkeling". Eh, akhirnya saya
dapat kesempatan snorkeling beneran.
Sudah lama saya dan keluarga merencanakan Semarang sebagai
destinasi traveling, tapi selalu batal. Ada saja halangan penggagal rencana. Padahal,
Kota Lumpia ini tak terlalu jauh dari Bojonegoro, tempat saya tinggal. Weekend
lalu, pas tak ada kesibukan lain, tanpa ragu saya beli tiket kereta api dadakan
ke ibukota Jawa Tengah ini. Untung masih tersisa beberapa kursi petang itu.
Bangunan-bangunan peninggalan zaman penjajahan di Indonesia
umumnya didirikan pada masa pemerintahan Belanda atau Jepang. Namun, tahukah kalian,
ternyata ada juga bangunan yang diwariskan oleh Inggris. Namanya Fort
Marlborough. Benteng yang dikabarkan terbesar di Asia itu hingga kini masih
berdiri megah serta menjadi salah satu objek wisata dan penelitian sejarah di
Bengkulu. Hebatnya, sebagian besar sisi bangunan benteng berarsitektur khas
abad ke-17 ini masih asli, tidak mengalami renovasi signifikan.
Apa yang bikin betah
selama stay di hotel? Selain kamar
yang nyaman dan fasilitas yang lengkap, tentu saja menu restoran yang mampu
memuaskan selera. Itulah mengapa saya dan keluarga merasa tak salah pilih saat
menjadikan Ibis Surabaya City Center sebagai tempat berakhir pekan beberapa
minggu lalu. Beragam pilihan makanan dan minuman yang disajikan di resto hotel
ini benar-benar mampu memanjakan lidah kami.
Entah mengapa, tiba-tiba Hisyam pengen
banget naik kereta api. Sebagai ayah yang baik, saya pun mencarikan waktu yang
tepat. Minggu lalu, kebetulan ada acara keluarga di Surabaya. Karena tidak mau
merepotkan keluarga di Surabaya, kami memilih hotel untuk menginap. Setelah cari-cari
info di Google, akhirnya kami menemukan hotel yang tepat, Ibis Surabaya City
Center. Ternyata, pilihan kami tak salah.
Seberapa kenal kalian dengan sosok Soekarno? Jujur saja, saya
hanya tahu sepak terjang presiden pertama Republik Indonesia ini di ranah
politik. Serba-serbi kehidupan pribadinya bukan tak menarik. Saya saja yang tak
banyak membaca. Namun, kunjungan ke Bengkulu membuka mata saya tentang kisah di
balik tirai rumah tangga Soekarno. Nama demi nama ternyata menorehkan sejarah
dalam sisi lain kehidupan sang Proklamator.
Setelah berkunjung ke Bengkulu, saya baru sadar, provinsi ini kaya
akan bukti sejarah. Selain tempat-tempat penuh history, kota ini juga memiliki barang-barang peninggalan sejak
zaman prasejarah. Benda-benda adat dan budaya suku-suku setempat juga ada. Semua
tertata apik di Museum Negeri Bengkulu. Cukup satu jam kunjungan, banyak info
menarik yang saya bisa bagikan. Beberapa di antaranya adalah koleksi-koleksi
unik yang belum pernah saya lihat di museum lainnya.
Berapa panjang garis pantai yang pernah kalian datangi? Apakah
ada yang lebih dari 7 km? Kalau belum, Pantai Panjang Bengkulu masih memegang
rekor sebagai pantai terpanjang yang pernah kita temui. Benar-benar sesuai
namanya, pantai ini memang panjang. Sebenarnya, dari ujung ke ujung, pantai ini
lebih dari 300 km, namun di Kota Bengkulu saja panjangnya sekitar 7 km.
Danau tersebar di banyak daerah. Taman bunga juga banyak di
mana-mana. Namun, danau yang dihiasi taman bunga nan luas ya Danau Mas Harun
Bastari. Kalau ada waktu berkunjung ke Bengkulu, jangan lewatkan objek indah
yang berada di dataran tinggi ini. Bukan hanya mata yang dimanjakan dengan
hamparan bunga beragam warna, tapi badan juga terasa sejuk lantaran danau ini
diselimuti cuaca dingin khas pegunungan.
Kalau bukan karena tergabung dalam Famtrip Festival Bumi
Rafflesia 2017, mungkin sampai saat ini saya masih belum bisa membedakan bunga Rafflesia arnoldii dan bunga bangkai. Selama ini saya mengira dua puspa langka asal
Bengkulu itu sama. Bahkan, saya sempat mengira Rafflesia arnoldii adalah nama
lain bunga bangkai. Betapa terbatasnya wawasan saya tentang flora asli
Indonesia.
Saya kadang menemukan lokasi menarik tanpa sengaja. Ini pula
yang terjadi beberapa hari lalu saat ingin membeli belimbing di Agrowisata
Ringinrejo, Kecamatan Kalitidu. Saat hendak pulang, saya lihat tulisan petunjuk
arah menuju Wisata Mojo Bahari. Saya merasa aneh dengan kata “bahari” itu lantaran
Bojonegoro tak memiliki laut. Jangan-jangan, nama lengkap desa itu memang Mojo
Bahari. Ah, daripada penasaran, saya tancap gas mengikuti petunjuk arah.
Lebaran identik dengan oleh-oleh, baik untuk dibawa ke
kampung halaman atau kembali ke perantauan. Nah, salah satu oleh-oleh khas
Bojonegoro ya batik Jonegoroan. Lebaran tahun ini, saya sengaja memilih batik
lantaran buah tangan ini jelas lebih menarik ketimbang makanan yang akan
bersaing dengan hidangan Lebaran di rumah. Apalagi, batik Jonegoroan tampaknya
belum bisa didapat dengan mudah selain di Bojonegoro.
Lebaran tinggal hitungan hari. Namun, saya masih harus
menyelesaikan beberapa pekerjaan. Si kecil yang sudah libur sekolah merengek
minta mudik ke rumah kakek-neneknya. Tak tega melihat dia menahan kangen, saya
pun mengizinkan istri dan si kecil mudik terlebih dahulu. Risikonya, saya buka
puasa dan sahur sendiri.
Setelah mengulas Agroguna, kali ini saya ingin sharing lokasi foto kece lainnya di
Bojonegoro. Sama seperti saat memilih Agroguna, niat saya adalah makan siang
sekaligus mencari lokasi untuk photoshoot.
Kebetulan --alhamdulillah-- saat itu saya dipercaya untuk mempromosikan sebuah
jam tangan milik akun online shop. Pilihan saya jatuh pada Warung Tempuran,
sebuah rumah makan berkonsep saung dan kolam.
Bingung cari lokasi foto di Bojonegoro? Tenang. Secara
bersambung, mulai edisi ini saya mau sharing
tempat-tempat unik untuk mengabadikan diri. Berdasarkan pengalaman saya,
lokasi-lokasi ini punya sisi-sisi yang menarik untuk dijadikan background foto kasual atau prewedding. Jadi, tak perlu keluar kota
dan menghabiskan banyak uang kan?
Daripada memelototi layar HP, saya lebih senang menikmati
pemandangan di luar jendela kendaraan dalam perjalanan ke luar kota. Hobi jelalatan
ini tak jarang membawa berkah. Saat mengantar siswa lomba ke Blitar beberapa
minggu lalu, misalnya, saya menemukan objek wisata baru. Ketika kendaraan
melintas di hutan Nganjuk, mata saya tertuju pada tulisan “Wisata Gua dan
Grojogan Putri Ayu”. Ini pasti baru. Tahun lalu saya melewati jalan yang sama
dan tulisan di papan sederhana ini belum ada.
Liburan identik dengan bersenang-senang. Setiap orang
memiliki definisi yang beragam tentang “bersenang-senang”. Bagi saya, misalnya,
kesenangan saat liburan adalah berada di alam nan sejuk dan indah, lalu
mengabadikannya dengan kamera. Namun, bagi sebagian orang, bersenang-senang
saat liburan diwujudkan dengan menikmati beragam wahana di objek wisata. Jika
itu pilihan Anda, Tanjung Benoa bisa jadi alternatif destinasi liburan di Bali.
Kupacu
motor di atas jalan hitam yang membelah persawahan. Sudah tak terhitung berapa
perkampungan penduduk yang kulewati. Namun, semua warga yang kutanya menunjuk
arah yang masih jauh. Aku masih harus menemukan hutan jati dan menembus 12 km
jalan di tengahnya. Aku yang seorang pendatang
di wilayah ini benar-benar tak tahu akan seperti apa medan di depan
sana.
Siapa sangka ternyata di Bojonegoro ada sebuah penangkaran
rusa. Kabar ini saya dapat tanpa sengaja ketika berkunjung ke Air Terjun KedungPeti di Kecamatan Malo. Di tepi jalan raya Kalitidu, tepat di pertigaan menuju
Malo, terdapat papan informasi adanya penangkaran ini. Tertera juga jarak
tempuh 4 kilometer dari pertigaan tersebut. Tentu saja saya tertarik lantaran
ingin melihat dari dekat kumpulan rusa-rusa ini beradaptasi dengan cuaca
Bojonegoro yang cenderung panas.
Untuk menjaga solidaritas, para pengelola bersama guru ahli (master teacher) Pusat Belajar Guru (PBG)
Bojonegoro menggelar outbond dan rafting. Lokasi yang dipilih sebuah basecamp rafting di Desa Bayem,
Kecamatan Kasembon, Malang. Sebagai salah satu member PBG, tentu saja saya antusias. Selain karena suka rafting, saya belum pernah menjajal arung
jeram di sini.
Penasaran harus dibunuh. Kalau tidak, rasa ingin tahu itu akan
menjadi pertanyaan tanpa jawaban yang mengusik benak. Tahun lalu, saya menemukan
Kedung Peti, sebuah air terjun di Bojonegoro. Karena saat itu musim kemarau tengah
melanda, air terjun ini hanya menyisakan tebing dan telaga tanpa gemericik air.
Saat itu pula, saya berjanji dalam hati akan kembali mengunjunginya.
Tak pernah
terbayang akan travelling bersama member Travel Bloggers Indonesia (TBI).
Sejak bergabung dengan komunitas kece ini Juni 2015, saya tak pernah bisa hadir
dalam kegiatan TBI lantaran beberapa kesibukan. Kabar gembira datang dari Koko
Hartadi Putro, rekan seangkatan yang diterima sebagai member TBI. Traveller
yang kerap dipanggil Koko atau Sinyo ini mengajak saya, Kak Leonard Anthony, Kak
Tracy Chong, dan Kak Imama Lavi Insani untuk mendatangi undangan Dewarna Hotel
sekaligus meng-explore alam
Bojonegoro.
Sebagai daerah pemilik sumber minyak yang telah dieksplorasi,
Bojonegoro kini mulai dikenal di mata dunia. Tak percaya? Klik saja kata kunci Bojonegoro kota minyak di Google. Di
bawah kepemimpinan Bupati Suyoto, Bojonegoro kerap muncul ke permukaan sebagai
wilayah yang berhasil memperbaiki kondisinya. Seiring membaiknya tata
pemerintahan dan pengelolaan sumber daya alam, sektor pariwisatanya pun turut
menebar pesona.
Hari itu, seharian kami berkeliling ke sejumlah destinasi
wisata di Bali. Pagi hari di Tanah Lot, lanjut ke Tanjung Benoa, Pulau Penyu,
Puja Mandala, Pantai Pandawa, dan senja di Garuda Wisnu Kencana. Malam hari, badan
benar-benar terasa penat dan butuh istirahat. Satu-satunya tempat yang
terbayang adalah kamar yang nyaman untuk tidur.
Di penghujung Desember 2016, saya mengantar siswa kelas XI
SMAN 1 Bojonegoro, sekolah tempat saya mengajar, untuk study tour ke Pulau Bali. Salah satu lokasi yang dituju adalah
Pantai Kuta. Namun, saat kami tiba di pantai yang pernah menjadi primadona
wisata Bali ini, pemandangan yang ada sangat memprihatinkan. Sepanjang garis
pantai dipenuhi sampah plastik.
2016 merupakan tahun ketiga saya menekuni ketertarikan akan fotografi
dan traveling, kemudian mendokumentasikannya melalui blog ini. Alhamdulillah,
sepanjang 2016, Allah menganugerahkan kesempatan untuk saya melangkah lebih
jauh, melihat lebih banyak, dan mendengar lebih luas tentang alam dan isinya
ini. Di pergantian tahun 2016 menuju 2017 ini, saya mengulas kembali sejumlah
destinasi yang saya kunjungi sepanjang tahun ini di Lumajang, Malang, Batu,
Pasuruan, Nganjuk, Kalimantan, dan tentunya Bojonegoro. Harapan saya,
pengalaman saya bermanfaat untuk teman-teman yang ingin mengunjunginya juga.