BUKIT WATU LAWANG: SEKALI DAKI, EMPAT AIR TERJUN TERSAJI
19:46:00
Kesan saya tentang
Nganjuk selama ini ternyata salah besar. Beberapa kali mendatangi kota dan
sejumlah kecamatan, kesan saya, kota berjuluk Kota Angin itu bercuaca panas.
Ternyata, ada satu kecamatan di sana yang berudara sejuk. Namanya Kecamatan
Sawahan. Berada di lereng Gunung Wilis, Kecamatan Sawahan memiliki sejumlah
destinasi wisata alam seperti bukit, air terjun, dan persawahan. Kamis, 5 Mei
lalu, saya menghabiskan waktu seharian untuk mendatangi lima objek menarik di
sana. Kali ini, saya akan mengulas Bukit Watu Lawang.
Panorama alam
persawahan dan sungai yang berpadu dengan bukit-bukit hijau memanjakan mata
sejak saya memasuki kawasan Kecamatan Sawahan. Sampai di Desa Ngliman, jalan menanjak.
Udara sejuk pun menerpa kulit. Kabut putih tampak menyelimuti bukit-bukti di
lereng Gunung Wilis. Sinar matahari yang cerah sama sekali tak terasa panas.
Apalagi, sepanjang jalan, pohon-pohon rindang memayungi perjalanan saya.
Pemandangan dan cuacanya hampir menyerupai Kota Batu. Lokasi seperti inilah
yang membuat saya betah berlama-lama menghabiskan waktu.
Goa Ndalem, terlihat dari jalan menuju Desa Ngliman. |
Panorama sepanjang perjalanan |
Makin lama, jalan
benar-benar menanjak dan motor pun merambat pelan. Tak sedikit imbauan di sana
untuk para pengendara motor agar mengendarai motor dengan persneling gigi 1
saja. Sejumlah tukang ojek tampak siap siaga di beberapa titik, menyediakan
jasa bagi para pengunjung yang mengalami masalah dengan motornya. Untungnya,
motor saya kuat menanjak hingga puncak. Di pintu masuk objek wisata Air Terjun
Sedudo, saya menyempatkan diri berbicang dengan petugas tiket.
Berbekal informasi
dari Instagram, saya menanyakan letak Bukit Watu Lawang. Dengan cepat, petugas
berseragam batik itu menunjukkan arah menuju bukit yang saya tuju. Menurut dia,
baru saja dibuka akses jalan sepanjang sekitar 300 meter menuju puncak bukit
itu. Dia menyarankan saya memarkir motor di dekat petugas berjaga. Tanpa pikir
panjang dan buang waktu, saya bergegas mendaki bukit di sisi kiri jalan. Jalan
tanah setapak terlihat memang baru dibuat. Tampak di beberapa bagian, batu-batu
yang dipasang di tepi jalan untuk menguatkan tanah.
Jalan setapak menuju puncak Bukit Watu Lawang |
Empat air terjun menyembul dari rerimbun bukit hijau. |
Udara sejuk datang bersama angin sepoi. |
Menembus hutan
pinus, saya sangat menikmati angin sejuk yang kadang menerpa. Jalan berkelok
seolah mengajak saya melihat semua sisi bukit. Sebatang pohon kayu putih
menarik perhatian saya. Saya petik beberapa lembar daun, lalu meremasnya. Aroma
harum khas minyak kayu putih pun menemani perjalanan saya. Bebatuan besar
berwarna hitam mulai tampak menjelang puncak. Batu-batu dengan permukaan
bertekstur halus itu bisa jadi tempat duduk dan beristirahat untuk mengatur
napas yang mulai tersengal.
Setelah napas
kembali teratur, tracking pun
berlanjut hingga sampailah saya di puncak Bukit Watu Lawang. Dari sana, view hijau terhampar luas. Di sisi barat
tampak hutan beragam pohon rimbun dan perkampungan penduduk. Di sisi timur,
hutan pinus terlihat eksotis lantaran ujung-ujungnya yang berjajar rapi,
dilatarbelakangi perbukitan berselimut kabut putih. Nah, yang istimewa, di sisi
selatan bukti, tampak empat air terjun yang menyembul dari balik hijau
perbukitan. Tiga air terjun berada di sebelah kiri, satu air terjun lainnnya
berada di sebelah kanan. Salah satunya adalah Air Terjun Sedudo.
View dan suasana sungguh membuat betah. |
Tak menyesal datang ke bukit ini. |
Air terjun di tengah itu adalah Air Terjun Sedudo |
Meski tampak hanya
segaris karena berada di kejauhan, panorama ini sungguh memukau. Bagaimana
tidak? Hanya sekali mendaki bukit, kita disuguhi empat air terjun sekaligus.
Bukan hanya itu. Perbukitan yang masih rimbun dan hijau oleh pepohonan tampak menyegarkan
mata. Kabut putih berarak menutupi puncak perbukitan, padahal hari telah siang.
Udara sejuk terbawa oleh angin sepoi yang berembus pelan. Awan kerap memayungi
bukit sehingga panas matahari tak menyentuh kulit.
Puncak Bukit Watu
Lawang tidaklah luas. Hampir tak ada lahan kosong karena puncak bukit berketinggian sekitar 1.500 mdpl ini ditumbuhi
semak dan tamanan perdu. Batu-batu beragam ukuran bertebaran. Kata seorang ibu
pemilik warung di dekat loket tiket, puluhan tahun lalu, bukit ini adalah jalan
menuju Air Terjun Sedudo, sebelum pemerintah membangun jalan utama. Itulah
sebabnya bukit ini dinamai Watu Lawang yang berarti batu pintu. Namun, kini sama sekali tidak ada tanda-tanda jalan menuju
air terjun di atas bukit ini. Saat saya mencoba menyibak semak menuju ujung
bukit yang kian menyempit, yang ada adalah rimbun pepohonan dan semak belukar.
Pucuk-pucuk pinus memesona saya. |
Belum banyak yang datang untuk menyaksikan keindahan ini. |
Puncak bukit dipenuhi semak dan tanaman perdu. |
Dahulu ini merupakan jalan menuju Air Terjun Sedudo. |
Perbukitan di lereng Gunung Wilis. |
Tampaknya, belum
banyak yang mengetahui keindahan view
dari puncak Bukit Watu Lawang ini. Buktinya, pengunjung umumnya hanya menikmati
Air Terjun Sedudo. Tak banyak yang memilih meluangkan waktu mendaki bukit.
Siang itu, hanya ada saya dan empat pengunjung lain. Bagi saya, ini justru kabar
gembira. Sebab, saya bisa menjelajahi bukit ini dengan leluasa. Untuk yang
tertarik datang ke tempat yang masih bersih ini, tolong bantu merawatnya hanya dengan
tidak mencorat-coret batu dan membuang sampah. (*)
13 comments
Pak harga kameranya berapa ya? Hehehee.
ReplyDeleteAhahaha, murah kok, Do. Dulu waktu baru beli 3,750,000. Sekarang pasti sudah anjlok harganya.
DeleteHehehe, gak jadi beli deh. Pinjem pak edy aja. Heheje
DeleteBoleeeh. Cukup Rp 49.500/jam. Hehehe
DeleteHeheh,nyewa seminggu sudah bisa buat beli baru pak. Hehehe
DeleteMana g ada Pak Edy 😂😂😂
ReplyDeleteSabaar, Feri, Pragelan masih nunggu giliran buat dipublish. Hehehehe.
Deleteulas kebun teh jamus ngawi bapak...butuh referensi mau kesana hehe
ReplyDeleteSemoga bisa ke sana segera, Pak. Hehehe
Deletewah bisa jadi referensi nih kalo ke nganjuk
ReplyDeleteEnjoy Nganjuk, Mas.
DeleteYang Air Terjun Sedudo bukan yang tengah tapi yang kanan bang. Yang tingkat 3 itu masih satu aliran sungai dengan Air Terjun Sri Gunting
ReplyDeleteTerima kasih banyak koreksinya Mas
Delete