AIR TERJUN SINGOKROMO, TEMPAT HARIMAU BERKEMBANG BIAK
12:23:00
Percaya atau tidak, Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Nganjuk,
ternyata memiliki sebelas air terjun. Sekali lagi, semua berada di satu desa,
bukan satu kota. Sedudo merupakan air terjun yang paling populer. Sepuluh air
terjun lainnya masih bisa dibilang alami karena belum tersentuh pembangunan
fasilitas tambahan layaknya objek wisata. Terang saja saya geleng-geleng kagum
mendengar keterangan warga yang saya temui di Air Terjun Gedangan itu. Dengan
mudah, saya percaya karena Desa Ngliman memang berada di lereng Gunung Wilis yang
dilimpahi banyak sumber air alami.
Perbukitan tersapu kabut |
Nah, kali ini, saya mengulas Air Terjun Singokromo.
Sebenarnya saya pernah melihat foto air terjun ini di Instagram. Namun, dari
warga yang saya lupa bertanya namanya itu, saya baru tahu bahwa air terjun ini
masih berada di Desa Ngliman. Dia juga memastikan bahwa tak butuh waktu lama
untuk mendatanginya. Cukup kembali ke jalan raya, ikuti jalan turun menuju arah
pulang (Nganjuk), jaraknya sekitar 1 kilometer. Di sisi kanan jalan, terdapat
pertigaan dengan papan petunjuk Air Terjun Singokromo. Jalan masuk itu belum
beraspal dan hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Pengunjung yang mengendarai
mobil harus memarkir mobil di sana, lalu berjalan kaki atau menggunakan jasa
ojek.
Sejuk di kulit, sejuk di mata |
Sepanjang jalan setapak ini, saya sangat menikmati
pemandangan di sisi kiri jalan. Jurang dan tebing ditumbuhi pepohonan berdaun
hijau dan cokelat. Rimbun sekali. Sementara itu, di seberang lembah, perbukitan
hijau tersapu kabut putih. Bisa ditebak, udara sejuk menerpa kulit. Meski tubuh
tergoncang-gocang akibat jalanan berbatu yang tak rata, mata tak sanggup
berhenti mengagumi pemandangan sore itu. Hingga 500 meter kemudian, sampailah saya
di tempat parkir Air Terjun Singokromo. Cukup menyediakan uang Rp 2 ribu, saya
sudah bisa mempercayakan keamanan motor sekaligus memasuki lokasi wisata ini. Kata
si bapak penjaga tempat parkir, saya masih harus jalan kaki sekitar 300 meter. Dari
sini, puncak air terjun telah terlihat di balik hutan bambu.
Sebuah tulisan besar menyambut saya, tepat di gapura kayu
menuju Air Terjun Singokromo, “Anda Masuk Kawasan Wisata Religi Pertapan
Sedepok”. Tanda tanya besar pun
bertengger di kepala. Wisata religi? Si bapak pun menjelaskan, selain Air
Terjun Singokromo, di kawasan ini juga terdapat sebuah tempat untuk bertapa
yang telah terkenal bagi insan supranatural. Namanya Pertapan Depok. Pantas
saja di jalan setapak tadi sesekali saya melihat para pria separo baya berjalan
kaki dengan kantong dan tas kain. Rupanya mereka adalah para petapa. “Hari ini
saja sudah seratusan orang yang datang untuk bertapa, Mas,” ujar si bapak.
Air terjun di balik hutan bambu |
Berjarak sekitar 300 meter dari tempat parkir |
Rerimbun bambu tinggi yang menaungi jalan tanah setapak ini
membuat sore mulai redup. Suara serangga hutan bersahut-sahutan, memberi irama
tak beraturan. Semakin mendekati air terjun, jalan tanah makin sempit, dibentuk
undakan untuk pengunjung menuruni tebing. Pagar bambu untuk pejalan kaki
berpegangan tampak masih hijau, tanda baru saja dibuat. Saya harus berhati-hati
karena jalan basah dan licin. Sesekali saya berhenti untuk mengatur napas dan
memandangi sekeliling.
Begitu sampai di dasar lembah, akhirnya, tampaklah Air Terjun
Singokromo. Puncak air terjun terlihat kecil di atas tebing, tingginya sekitar
20 meter. Semakin ke bawah, air terjun kian melebar dan jatuh membentuk telaga
kecil. Bebatuan hitam beragam ukuran menghiasi sungai. Sebenarnya, airnya
dingin dan jernih. Namun, karena telaga dan sungai itu dangkal serta bebatuan
di sana berwarna hitam, airnya tak tampak bening. Sementara itu, dinding tebing
ditumbuhi pepohonan dan lumut hijau. Beberapa meter di depan air terjun, sungai
selebar sekitar empat meter itu berbentuk undakan.
Dulu dikenal angker |
Dikelilingi tanaman dan lumut hijau |
Berketinggian 20 meter |
Sungai di depan air terjun |
Nama Singokromo ternyata punya legenda. Singo berarti harimau,
sedangkan kromo bermakna kawin. Kata sesepuh desa, air terjun ini
dahulu kala adalah tempat harimau hutan di lereng Gunung Wilis berkumpul dan
berkembang biak. Karena itu, tempat ini dikenal berbahaya dan dihindari oleh
penduduk. Bahkan ada yang menyebutnya angker. Namun, kini air terjun ini tak
lagi seram. Hanya, karena hari kian merambat sore dan saya masih ingin mendatangi Sendang
Putri Wilis, saya pun menyudahi petualangan di Air Terjun Singokromo. (*)
20 comments
Wah.. Mantap pk edy tempat wisatanya jalan-jalan sambil bawa camilan kesukaan pk edy pangsit balado hehehe
ReplyDeletehttps://camilan-bojonegoro.blogspot.co.id/2016/05/pangsit-balado.html
Makin mantaaap, Mas Tris. Pangsit baladonya juara!
Deletepasang iklan di blognya pak Mas Edy...bayar lho mas tris
DeleteMinimal dikasih produknya gratis ya, Pak Pur. Hehehe.
DeleteIndonesia kaya dgn air terjun yg cakep ya.. oiya, Singonya jangan2 sdh punah kali ya, jd gk seram lagi
ReplyDeleteBisa jadi sudah punah, Mbak Lia. Kalaupun masih ada, pasti jumlahnya tinggal dikit.
Deleteterimakasih infonya..
ReplyDeleteSama-sama, semoga bermanfaat.
Deletebagus artikelnya, jadi serasa ada ditempat tersebut
ReplyDeleteTerima kasih banyak apresiasinya, Mas.
DeleteDulu awalnya saya pikir kabupaten seperti Nganjuk atau Ponorogo itu daerah yang kering. Tapi begitu sadar kaki Gunung Wilis juga ada di kedua kabupaten tersebut (selain Kediri, Madiun), ya lumrah jika banyak ditemui air terjun/sumber air melimpah hehe.
ReplyDeleteSemula saya juga punya anggapan yang sama tentang Nganjuk, Mas Rifqy. Ternyata ada Kecamatan Sawahan yang mirip sama Kota Batu.
DeleteCukup jauh juga ya kalau harus memarkirkan mobil di pertigaan dan kita harus melalui jasa ojeg. tapi yakin mas kalau parkir mobil disana di jamin keamanannya ? Hebat Nganjuk ini terdapat banyak air terjun dalam satu daerah
ReplyDeleteInsya Allah parkir mobil aman, Mas. Setahu saya, di pertigaan itu juga ada warung, rame kok.
Deletekapan kapan ajakin aku keliling curug ya Mas...soale tempatnya keren keren
ReplyDeleteSiaappp, Ko! Hehehe
Deletemantap, pengen kesana
ReplyDeleteMain sini Kak
DeleteSingokrama manttapu djiwa
ReplyDeleteNganjuk punya hehehehe
Delete