AIR TERJUN GEDANGAN, POTENSI YANG BELUM DIKOMERSIALISASIKAN
16:25:00
Salah satu yang seru saat traveling
adalah menemukan objek baru yang sama sekali tidak direncanakan sebelumnya. Makin
seru lagi jika objek tersebut ternyata menarik dan masih “perawan”. Itulah yang
saya alami saat berkunjung ke Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Nganjuk. Maksud
hati hanya mendatangi Bukit Watu Lawang dan Air Terjun Sedudo, tetapi ternyata
ada tiga air terjun lain yang masih alami, yaitu Air Terjun Gedangan,
Singokromo, dan Putri Wilis. Kali ini saya mengulas Air Terjun Gedangan.
Masih alami dan bersih |
Baru dua bulan ini didatangi pengunjung |
Sekitar 1 kilometer dalam perjalanan pulang dari Air Terjun
Sedudo, di sisi kiri jalan terdapat gapura bertuliskan Objek Wisata Air Terjun
Gedangan. Tertera informasi bahwa air terjun tersebut berjarak sekitar 300
meter dari gapura. Selain itu, berdiri papan informasi yang telah usang tentang
Situs Condrogeni yang berjarak sekitar 3 kilometer. Jam di handphone saya menunjukkan angka 15.00. Besar harapan saya, ada cukup
waktu untuk mendatangi kedua objek itu.
Jalan berbatu dan berkelok menuju Air Terjun Gedangan ternyata
cukup sempit. Untunglah saat itu saya mengendarai motor. Mobil tak bisa
melewati jalan ini. Terdapat beberapa papan petunjuk menuju lokasi yang saya
tuju. Sempat menyeberangi sungai dan menembus perkebunan di bawah hutan pinus,
sampailah saya di sebuah gubuk. Saya sempat menduga itu adalah tempat petugas
untuk menjual tiket masuk ke kawasan air terjun. Namun, dugaan saya salah.
Objek ini ternyata belum dikomersialisasikan. Bahkan, ongkos parkir pun tak
ada.
Air terjun kedua di Gedangan |
Serasa berendam di bathub alami |
View dua air terjun dari bawah |
Dari tempat parkir, deru suara air terjun telah terdengar. Saya segera memarkir motor. Meski tak ada penjaga, saya yakin motor saya aman di sana, berdampingan dengan satu motor lain, milik pengunjung lainnya. Saya harus menuruni jalan setapak menuju sungai. Tak jauh. Hanya sekitar 50 meter. Rupanya, akses menuju air terjun ini baru saja dibuat oleh warga setempat untuk memudahkan pengunjung menikmati pesona baru di Kabupaten Nganjuk ini.
Begitu menjejakkan kaki di tepi sungai, jujur saja, saya
senang bukan kepalang. Memang, air terjun ini tak tinggi, hanya sekitar 4
meter. Namun, objek ini masih alami. Airnya deras dan berundak-undak. Bebatuan
berwarna hitam di tebing air terjun juga tampak unik dan eksotis. Apalagi, waktu itu, tak ada sampah sama
sekali. Terdapat telaga di dasar air terjun. Airnya begitu jernih dan dingin.
Saya pun tergoda untuk mandi dan berendam.
Tempat yang nyaman untuk yoga atau bersemedi |
Airnya benar-benar dingin dan segar |
"Terapi" punggung pun jadi |
Namun, saat itu ada tiga pengunjung remaja yang tengah asyik
berfoto-foto di tebing air terjun. Tak mau mengganggu, saya memilih mendekati air
terjun kedua yang berada tepat hanya beberapa langkah dari air terjun pertama.
Memang, Air Terjun Gedangan terdiri atas dua air terjun kecil. Untuk beredam di
air terjun kedua ini, saya harus menuruni bebatuan berwarna hitam kekuningan
setinggi kurang lebih 3 meter.
Berendam di air terjun kedua, seolah saya sedang berendam di
bathub alami. Bagaimana tidak, telaga air terjun ini tak begitu luas, dangkal,
berbentuk bulat, dan dikelilingi bebatuan beragam ukuran. Sungai kecil tepat di
bawah tebing pun hampir tak terlihat. Sesekali saya mendekat ke air terjun dan
membiarkan punggung saya dijatuhi derasnya air terjun. Sensasinya seperti
terapi punggung. Lega rasanya punggung mendapatkan “pijatan alami” setelah
berjam-jam mengendarai motor.
Masih sepi pengunjung |
Telaganya bisa untuk berenang |
View dari atas |
Setelah puas menikmati “bathub” alami itu, saya kembali ke air terjun pertama. Namun, tiga remaja tadi masih asyik bermain air di sana. Padahal, saya telah meninggalkan mereka sekitar 30 menit. Tak mau mengalah terlalu lama, saya pun mendekati tebing berundak itu. Sedikit demi sedikit, posisi saya semakin dekat dengan para remaja itu. Saya yakin, mereka pun tak mau ada penampakan diri saya di foto mereka. Ternyata, trik saya berhasil. Mereka menepi dan saya pun bebas berfoto dan kemudian memotret air terjun ini.
Entah mengapa, seolah lupa diri, saya begitu menikmati deras,
jernih, dan dinginnya air. Tak hanya duduk-duduk di tebing berundak. Saya pun berendam,
“terapi punggung”, bahkan berenang di telaga air terjun. Memang, telaga itu tak
terlalu dalam, tetapi saya masih bisa berenang tepat di dekat tebing. Tak lebih
dari 15 menit, karena sudah merasa puas dan tahu harus berbagi tempat, saya pun
menepi dan berganti baju di balik semak-semak. Tiga remaja tadi pun kembali ke tebing
air terjun.
Dalam perjalanan menuju tempat parkir, saya bertemu seorang warga. Kesempatan ini tak saya sia-siakan. Saya pun bertanya seputar Air Terjun Gedangan. “Sebenarnya air terjun ini sudah sejak dulu ada, Mas, tapi baru sekitar dua bulan ini didatangi orang luar kampung sini. Rencananya memang jadi objek wisata. Disebut Gedangan, karena air terjun ini berada di Dusun Gedangan,” ujarnya.
Semoga tetap terjaga kealamian dan kebersihannya |
Dalam perjalanan menuju tempat parkir, saya bertemu seorang warga. Kesempatan ini tak saya sia-siakan. Saya pun bertanya seputar Air Terjun Gedangan. “Sebenarnya air terjun ini sudah sejak dulu ada, Mas, tapi baru sekitar dua bulan ini didatangi orang luar kampung sini. Rencananya memang jadi objek wisata. Disebut Gedangan, karena air terjun ini berada di Dusun Gedangan,” ujarnya.
Dari warga ini juga, saya mendapat informasi, masih ada dua
air terjun lagi di sekitar Desa Ngliman, yaitu Air Terjun Singokromo dan Putri
Wilis. Niat saya mengunjungi Situs Condrogeni yang terletak sekitar 2,5
kilometer dari Air Terjun Gedangan pun saya urungkan. Saya tak mau kehabisan
waktu karena saat itu telah pukul 04.00 sore. Ulasan tentang Air Terjun
Singokromo dan Putri Wilis akan saya publish
di edisi berikutnya. (*)
15 comments
Ketemu hal baru yang diluar rencana memang menyenangkan hehe
ReplyDeleteSetujuuuu! Semacam bonus ga terduga. Hehe.
DeleteWaaa surga banget itu mas bisa nikmatin curug ga ada orang lain, berasa curug pribadi. kalau udah jadi objek wisata biasanya udh mulai rame tuh mas
ReplyDeleteIyaa, Kak Dede, berasa milik pribadi. Saya beruntung datang pas sepi. Hehehe.
DeleteWah, kalau masih perawan, pasti jan buersih ya, mas. Semoga kalau udah dibuka umum, tetep kejaga dari coret-coretan dan sampah :D
ReplyDeleteAmiiin.
DeleteBersih banget, Mbak Happy. Minum airnya saja saya mau. Hehe.
Haha. Serius mau diminum mas :p?
DeleteSaya dulu pernah waktu di Greenbay ada semacam air terjun dan terlihat jernih, ketika saya tampung pakek botol aqua, kayak ada lumut-lumutnya gitu -,-
Iyaa, serius, airnya jernih banget! Tapi mungkin memang ga sesteril air minum mineral kemasan kali ya hehehe.
DeleteWaaah surga banget ya Om, sepi gitu hahaha.
ReplyDeleteIyaaa, Mas, untung banget saya datang pas sepi. Hehe.
DeleteKeren banget memang, Pak. Hehehe.
ReplyDeletewah bisa jadi referensi saat pulang nanti Pak, InsyaAllah ^^
ReplyDeleteAlhamdulillah, siiip!
DeleteSemoga masih lestari objek ini.
jalanya extrem nggak?
ReplyDeleteGa sih, tapi hanya motor yang bisa masuk, mobil ga bisa
Delete