GUA TETES, GUA ATAU AIR TERJUN?
21:32:00
Gua Tetes merupakan salah satu lokasi wisata yang telah lama
dikelola oleh warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Namun,
seiring melambungnya nama Coban Sewu yang menarik banyak pengunjung, Gua Tetes
kini kembali bergairah. Maklum, Gua Tetes berdekatan dengan Coban Sewu. Pengunjung
dari arah Lumajang akan melewati Gua Tetes dan Air Terjun Telaga Biru sebelum
menikmati Coban Sewu. Sedangkan pengunjung dari Malang, bisa menjelajahi Air
Terjun Telaga Biru dan Gua Tetes setelah membuktikan keindahan Coban Sewu.
Saya dan istri, yang datang dari arah Malang, merasa tanggung
jika tak memanfaatkan kesempatan melihat Gua Tetes dengan mata kepala sendiri.
Setelah dibuat kagum oleh gagah megahnya Coban Sewu dan dimanjakan oleh sejuk
segarnya Air Terjun Telaga Biru, kami melanjutkan penyusuran sungai menuju Gua
Tetes. Beberapa meter dari Air Terjun Telaga Biru, kami bertemu dengan undakan
dengan pagar bambu di satu sisi sebagai pegangan. Hampir di sepanjang tebing,
sumber air mengucur deras dari balik rimbun hijau tanaman.
Tangga pertama menuju Gua Tetes |
Sumber air serupa tirai |
Makin tinggi kami mendaki, makin deras air dari sumber-sumber
tersebut. Air yang jernih dan dingin ini kerap menggoda saya untuk membasuh
muka dan kepala. Mendekati puncak tebing, air deras bahkan meluber ke jalan
setapak tempat kami mendaki. Langkah mulai berat karena kami harus mendaki dan
melawan arus sekaligus. Kami harus ekstrahati-hati. Semakin tinggi kami
mendaki, semakin terlihat jurang di belakang kami.
Harus berpegangan tali untuk menjaga keseimbangan |
Mendaki sekaligus melawan arus |
Namun, kami tak putus semangat. Meskipun harus beberapa kali
mengistirahatkan kaki untuk mengumpulan energi, kami terus mendaki. Mendekati
puncak, tak ada lagi pegangan bambu. Kami harus merangkak dan berpegangan
bebatuan untuk berpindah tempat ke posisi yang lebih tinggi. Dan, air sumber
yang deras itu tetap meluber seolah menyambut kedatangan kami. Sesaat saya
berdiri, melihat ke atas dan sekeliling. Saya seolah berada di tengah pusaran
banjir bandang.
Gua Tetes telah terlihat mengundang di puncak tebing. Gua ini
tersembunyi di balik tetes-tetes air terjun yang menyerupai tirai. Karena
itulah, gua ini disebut Gua Tetes. Bahkan bebatuan di tebing itu pun membentuk stalaktit
mirip tetesan air. Warnanya hitam
kecokelatan. Pohon-pohon dan tanaman perdu hijau menghiasi tebing ini. Air yang
mengucur deras membentuk sejumlah anak sungai di sela-sela bebatuan.
Gua atau air terjun? Dua-duanya |
Sumber air bercabang-cabang |
Semoga terus lestari |
Sampai pada suatu titik, kami merasa tak perlu lagi mendekati
gua. Banyak alasan. Iya, mungkin hanya alasan. Hehehe. Tebing semakin terjal. Bebatuan
berlumut itu licin. Dan, entah mengapa, menurut saya, keindahan Gua Tetes
tampak jelas jutsru dari kejauhan seperti ini. Apalagi, saat itu, gua telah
ramai pengunjung yang dengan bangga berfoto bersama dengan beragam banner atau
bendera.
Saya dan istri pun menepi dari Gua Tetes dan mencari jalur
resmi naik ke puncak tebing. Memang ada jalur tak resmi? Kata sejumlah
pengunjung, ada jalur yang lebih dekat. Namun, kami tak mau mengambil risiko
tersesat di hutan belantara. Bersama pengunjung lain yang juga ingin menyudahi
petualangan, kami naik ke puncak tebing lewat tangga permanen, berkelok di
dinding tebing.
Tangga permanen, jalan pulang |
Sumber air tanpa putus |
Seperti aliran sungai kecil |
Selamat tinggal, Gua Tetes |
Sesekali saya melayangkan pandangan ke Gua Tetes dan
sekitarnya. Terbentang jurang di antara dua bukit hijau. Rasa syukur membuncah
karena tiga air terjun indah telah kami datangi. Rasa itulah yang membuat
perjuangan naik tangga yang melelahkan itu terasa sedikit ringan. Sekadar
diketahui, butuh lebih dari 45 menit jalan kaki untuk akhirnya sampai di tempat
parkir. Hehehe. (*)
7 comments
Hahaha butuh berapa lama nunggu pengunjung pada pergi gan, kadang saya juga suka sebel hihihi
ReplyDeleteAda kali 30 menit, Mas. Mau ga mau, harus berbagi memang. Hehehe.
DeleteMakasih ya sudah mampir
Terima kasiih, Mas Arief. Kebetulan satu lokasi ini ada 3 air terjun, Mas.
ReplyDeletemas edy ini memang spesialis air terjun ya, hampir selalu melihatnya nggak jauh-jauh dari air terjun yang cantik-cantik dan nggak banyak yang tau.
ReplyDeleteWaah, terima kasiih, Kak Indri. Memang saya suka banget sama air terjun, adem kan. Apalagi kalau airnya berasal dari sumber langsung. Dan, kebetulan, belakangan ini main ke beberapa air terjun.
DeleteMas mau nanya,Mas edy jika kondisi hujan apakah memungkinkan untuk kesana mas?
ReplyDeleteKalau hujan, lebih aman kalau tidak turun, Mas. Hehe
Delete