MERASAKAN KEHENINGAN MAKAM SUNAN PRAPEN
21:55:00
Dulu setiap kali berziarah ke makam Sunan Giri di Gresik, saya
selalu batal menyempatkan diri berziarah juga ke makam Sunan Prapen. Sepertinya,
umumnya para peziarah Sunan Giri juga tak mengagendakan kunjungan ke makam
Sunan Prapen. Mungkin, itu karena Sunan Prapen tak masuk dalam daftar Wali
Songo. Padahal, letak makam Sunan Prapen hanya beberapa meter dari makam Sunan
Giri. Nah, ketika kembali berziarah ke makam Sunan Giri belum lama ini, saya
pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Kali ini saya harus melihat dengan mata
kepala sendiri makam yang selama ini hanya saya dengar namanya itu.
Dari gapura keluar kompleks utama makam Sunan Giri, terdapat
papan petunjuk menuju makam Sunan Prapen yang termasuk wilayah Desa Klangonan,
Kecamatan Kebomas. Ada jasa tukang ojek. Namun, saya yang saat itu sendirian memilih
berjalan kaki. Jalan paving sepanjang sekitar 300 meter teduh oleh rimbunnya bambu
yang tumbuh di kanan dan kiri jalan. Berbeda dengan kompleks makam Sunan Giri
yang dilengkapi toko-toko suvenir khas objek wisata religi seperti perlengkapan
ibadah dan makanan khas Gresik, jalan menuju makam Sunan Prapen sangat sepi.
Bahkan pejalan kaki pun jarang yang saya temui.
Begitu tiba di kompleks makam Sunan Prapen, saya diam mengamati
situasi terlebih dahulu. Sambil sesekali mengambil gambar, saya membaca apa
saja informasi yang ada. Di antaranya, makam Sunan Prapen ini sudah resmi
tercatat sebagai salah situs bersejarah Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB)
Jawa Timur. Seperti di kompleks makam Sunan Giri, untuk mencapai bangunan makam
Sunan Prapen, peziarah harus menaiki puluhan anak tangga. Namun, bukit menuju
makam Sunan Prapen tak setinggi bukit makam Sunan Giri. Di antara pohon-pohon
tinggi dan teduh, terdengar suara burung-burung kecil memecah kesunyian.
Tak lama kemudian, sepasang suami istri yang baru berziarah turun
dari anak tangga. Keduanya tersenyum ramah. Saya pun berbasa-basi sedikit,
bertanya apakah ada peziarah di atas. Ternyata yang saya dapatkan adalah
jawaban yang tak saya harapkan; tak ada satu pun peziarah. Saya sempat mematung
sambil menunggu barang kali ada peziarah lain yang menjadi “teman” saya untuk
naik ke kompeks makam. Entahlah, suasana yang hening di makam kuno ini membuat
saya merasa asing.
Sepuluh menit berlalu, tak ada satu pun peziarah yang datang.
Bismillah, saya memantapkan hati untuk naik. Saya yakin tidak akan ada hal-hal
yang saya takutkan. Lagi pula, ini adalah kesempatan yang tak boleh
disia-siakan. Satu per satu anak tangga terlewati. Sampailah saya di gapura tua
berwarna putih sebagai pintu masuk kompleks makam. Di balik gapura itu terdapat
beberapa bangunan joglo. Di bawahnya terdapat makam-makam yang mungkin berusia
ribuan tahun. Di antaranya, makam Panembahan Kawis Guwo dan Panembahan Agung. Bukan
hanya itu. Di bawah pohon-pohon tinggi itu juga terdapat sejumlah makam.
Makam Panembahan Kawis Guwo |
Makam Panembahan Agung |
Makam Sunan Prapen berada di bangunan utama. Saya sebut utama
karena bangunan ini berbeda dengan bangunan lainnya. Selain berukuran lebih
besar, bangunan joglo ini berwarna lebih cerah. Di bagian tengah bangunan,
terdapat bangunan berdinding kayu bermotif ukiran. Bangunan tersebut
dikelilingi kain tirai putih. Tepat di bagian pintu bangunan, kain tirai
dibuka. Namun, pintu kayu bermotif ukiran itu tertutup rapat. Peziarah hanya
diizinkan membaca doa di teras joglo berlantai tekel kuning.
Jujur saja, baru saat itulah saya tahu bahwa Sunan Prapen
adalah raja ketiga Dinasti Giri Kedaton, yaitu pusat penyebaran agama Islam di
Gresik yang dibangun oleh Sunan Giri. Beliau adalah putra Sunan Dalem, raja
kedua Giri Kedaton. Tokoh yang lahir pada tahun 1432 ini memerintah Giri
Kedaton pada tahun 1478. Beliau wafat pada tahun 1527 dalam usia 95 tahun
setelah memimpin Giri Kedaton selama 49 tahun.
Setelah membaca Alfatihah dan doa, saya pun mengakhiri
ziarah. Hingga saya turun tangga, tak ada satu pun peziarah lain. Meski sempat
merasa asing, saya beruntung mendapatkan ketenangan dalam keheningan suasana
makam. Saya akhirnya justru menikmati suasana itu. Perasaan itu pulalah yang
menyemangati saya untuk menyambangi situs Giri Kedaton. Ikuti kisah saya berikutnya minggu depan tentang kerajaan
peninggalan Sunan Giri dan Sunan Prapen itu. (*)
3 comments
Kalau dikunjungi malam aura mistis nya lbh uwaoo kayaknya ya kak. Great article :)
ReplyDeleteThank you, Kak Richo.
DeleteSiang bolong saja saya hampir balik kanan, apalagi malam, Kak. Hehehe
Mohon infonya dong keturunan sunan giri sampai ke buyut kholidan bin adlan bin dzilqomar sunan rembang yg makamnya di kampung gunung tanah merah madura
ReplyDelete