MENENGOK SISA-SISA KEJAYAAN GIRI KEDATON
13:52:00
Setelah berziarah ke makam Sunan Giri dan Sunan Prapen, saya
tergelitik untuk melihat dari dekat situs Giri Kedaton di Dusun Kedaton, Desa
Sidomukti, Kecamatan Kebomas, Kota Gresik. Penasaran, rasanya, seperti apa wujud
peninggalan sejarah itu saat ini. Apalagi, jaraknya tak jauh, hanya sekitar 1
kilometer, dari bukit tempat dimakamkannya Sunan Giri dan
Sunan Prapen.
Beberapa petunjuk arah memudahkan saya menemukan situs ini.
Objek ini berada di antara perkampungan yang lumayan padat penduduk. Sama
seperti makam Sunan Giri dan Prapen, situs ini berada di puncak bukit. Kembali
saya harus berhadapan dengan ratusan anak tangga. Sampai-sampai saya membuat
kesimpulan, orang zaman dahulu mungkin memilih puncak bukit sebagai simbol
kemuliaan kedudukan.
Siang itu Gresik sangat terik. Saya pun bergegas naik bukit
dengan harapan bisa segera berteduh di puncak. Sesekali saya menoleh ke
belakang dan terlihatlah sebagian wilayah Kota Gresik dari atas. Sampai di
puncak, ternyata tak ada lagi bangunan kerajaan. Yang ada adalah sisa-sisa
bebatuan kuno berupa punden berundak. Sedangkan tepat di tengah puncak bukit
yang tak luas ini, berdiri sebuah musala.
Gang masuk situs Giri Kedaton |
Menuju puncak bukit |
Tampak seorang kakek di musala itu. Saya pun mendekat
sekaligus berteduh. Dari obrolan singkat kami, kakek asal Madura itu sengaja
datang untuk berziarah ke makam putra Sunan Giri, tepat berada di sisi barat
musala ini. Beliau datang sendiri dan berdiam diri lama di musala untuk
beristirahat. Hanya ada kami berdua. Namun, kami tak banyak bicara lagi karena
si kakek tampak terkantuk-kantuk. Sedangkan saya ingin segera mendinginkan muka
di tempat wudu.
Sesudah berwudu dan menunaikan salat duhur, saya mengitari
situs Giri Kedaton ini. Di sisi selatan, terdapat papan informasi. Sebagian besar
tulisan dan foto telah memudar terkena sinar matahari dan hujan. Untunglah saya
masih bisa membaca informasi penting di papan tersebut.
Dalam catatan sejarah, disebutkan bahwa dahulu Sunan Giri mendirikan
Kedaton Tundo Pitu, yaitu istana bertingkat tujuh di atas sebuah bukit. Istana
itu dikenal kemudian dengan nama Giri
Kedaton. Peristiwa pembangunan Giri Kedaton ini ditandai dengan adanya prasasti
yang menunjukkan angka tahun 1408 Saka atau 1486 Masehi.
Puncak bukit situs Giri Kedaton |
Sejak itu, Sunan Giri yang bernama lain Raden Paku diangkat
sebagai kepala pemerintahan dengan gelar Prabu Satmata sekaligus sebagai
pemimpin umat Islam dengan gelar Tetunggul Khalifatul Mukminin. Pengangkatan
Sunan Giri sebagai kepala pemerintahan dan pemimpin umat Islamini ditandai dengan
prasasti yang menunjukkan tahun 1409 Saka atau 1487 Masehi.
Giri Kedaton berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan
penyebaran agama Islam. Para santri yang belajar agama Islam berasal dari Jawa,
Madura, Banjarmasin, Ternate, Tidore, Bima, Hitu (Filipina), dan penjuru
nusantara lainnya.
Sunan Giri wafat pada tahun 1428 Saka atau 1506 Masehi. Jasad
beliau dimakamkan di Bukit Giri Gajah, sekitar 500 meter dari Giri Kedaton.
Sepeninggal Sunan Giri, tongkat kepemimpinan Giri Kedaton dipegang oleh Sunan
Dalem (1505-1545 Masehi), Pangeran Sidomargi (1545-1548 Masehi), dan Sunan
Prapen atau yang juga dikenal dengan nama Sunan Mas Ratu Pratikel (1548-1605
Masehi). Sunan Prapen adalah raja terbesar Giri Kedaton setelah Sunan Giri.
Puncak bukit dimanfaatkan untuk bangunan musala |
Selanjutnya Giri Kedaton dipimpin oleh Panembahan Guwa
(1605-1616 Masehi), Panembahan Agung (1616-1636 Masehi), dan Panembahan Mas
Witana. Makam Sunan Prapen, Panembahan Guwa, dan Panembahan Agung berada di
bukit tak jauh dari makam Sunan Giri. Saya sempat menziarahi makam-makam
tersebut sebelum berkunjung ke Giri Kedaton.
Pemerintahan Giri Kedaton mengalami kemunduran setelah
diserang Amangkurat I dan II dari Kerajaan Mataram, Jawa Tengah, yang
berkoalisi dengan VOC. Giri Kedaton benar-benar runtuh pada April 1680 Masehi.
Setelah itu, Giri Kedaton diperintah oleh orang-orang yang bukan keturunan
Dinasti Giri. Mereka adalah orang-orang dari Kerajaan Mataram. Di antaranya,
Pangeran Puspa Ita (1660 Masehi), Pangeran Wira (1703 Masehi), Pangeran
Singanegara (1703-1725 Masehi), dan Pangeran Singasari (1725-1743 Masehi).
Perpaduan punden berundak dan candi |
Kota Gresik dari ketinggian |
Kegiatan pelestarian dan konservasi situs Giri Kedaton
dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan Wilayah Kerja
Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik.
Mereka telah melakukan pemetaan, ekskavasi (pengupasan tanah), studi kelayakan
pugar, studi teknis, pemugaran, konservasi, dan penataan lingkungan.
Situs Giri Kedaton adalah sebuah bukit yang dibuat
berteras-teras dan berundak-undak. Semakin ke atas, tangga berundak itu semakin
kecil. Untuk sementara, baru ditemukan lima teras. Batas satu teras dengan
teras lainnya ditandai dengan dinding yang berbentuk seperti kaki dan tubuh candi.
Kakinya berstruktur polos, sedangkan tubuhnya bermotif pelipit-pelipit datar,
bingkai cermin, dan bidang persegi panjang.
Makam Raden Supeno |
Konsep situs yang menghadap ke arah timur ini merupakan perbaduan
kelanjutan tradisi masa sebelumnya, yaitu bangunan punden berundak zaman
prasejarah dan bangunan candi Hindu-Budha di Indonesia. Di beberapa halaman teras terdapat sejumlah fungsi bangunan.
Di antaranya, di teras teras utara dan selatan terdapat struktur kolam wudu. Di
halaman timur ada makam Mpu Supo, pembuat pusaka Kala Munyeng milik Sunan Giri.
Di halaman barat terdapat kuncup dan makam Raden Supeno, salah satu putra Sunan
Giri. Di beberapa halaman teras lainnya juga terdapat sejumlah makam kuno yang
belum diketahui identitasnya.
Saya sangat berharap kegiatan pelestarian dan konservasi
situs Giri Kedaton ini dilanjutkan. Sangat disayangkan jika salah satu bukti
sejarah nusantara ini menjadi tempat yang tak dikenal oleh generasi saat ini. Peziarah makam Sunan Giri
pun sepertinya perlu meluangkan waktu mendatangi situs ini guna melihat dari
dekat kerajaan yang pernah dibangun dan dipimpin oleh Sunan Giri. Selain itu,
mereka juga bisa berziarah ke makam putra beliau, Raden Supeno. (*)
2 comments
Wah keren banget pemandangannya. Asik banget bisa nge-capture kota Gresik dari atas bukit. Apakah akses kendaraan umum untuk ke situs ini sudah mudah?
ReplyDeleteSetahu saya ga ada kendaraan umum sampai situs ini, Mbak. Tapi mbak bisa naik ojek atau delman kalau mau, start dari lahan parkir makam Sunan Giri.
Delete