2015: LANGKAH KEDUA UNTUK SEBUAH PERJALANAN (2)
15:40:00
Di penghujung 2015,
saya mengulas kembali sejumlah destinasi yang saya kunjungi sepanjang tahun
ini. Harapan saya, pengalaman saya bermanfaat untuk teman-teman yang ingin
mengunjunginya juga. Tulisan ini adalah bagian kedua rekap 2015 saya, berisi 22
destinasi di Bali, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Batu, Malang, Mojokerto, dan Magetan.
Bagian pertama telah saya publish
minggu lalu.
BALI
Objek ini terletak di
Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, berupa pura yang oleh umat Hindu
Bali digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewa laut. Pura tersebut berdiri
kokoh di atas batu karang besar yang menjorok ke laut. Di kawasan pura ini,
terdapat gua suci. Di dalamnya ada ular laut berekor pipih yang kabarnya mempunyai
bisa tiga kali lebih kuat daripada ular cobra. Dengan bantuan pawangnya,
pengunjung boleh mengelus-elus ular ini.
Di dekat Pura Tanah
Lot, terdapat Pura Batu Bolong. Sesuai namanya, Pura Batu Bolong merupakan pura
yang dibangun di atas batu karang yang berlubang atau bolong di bagian
bawahnya. Bentuknya menyerupai jembatan. Saat sunset, pura ini menjadi spot foto yang menarik. Tebing curam
sepanjang Pura Batu Bolong dibatasi pagar dengan peringatan bahwa tebing ini
berbahaya. Namun, tersedia tangga untuk pengunjung turun ke pantai di bawah
batu karang itu. Saat air laut surut, bebatuan karang di pantai menjadikan
pantai ini bertekstur unik.
Tak banyak yang tahu
bahwa di kawasan Tanah Lot juga terdapat Air Terjun Pantai Melasti. Cukup jalan
kaki sekitar 200 meter ke utara terlihat air terjun di sebuah tebing tinggi yang
berhadapan dengan bibir pantai. Air terjun ini berketinggian sekitar 15 meter.
Curah air waktu itu cukup deras menerpa pasir pantai yang kemudian membentuk
sungai kecil menuju pantai. Kabarnya, air terjun ini bersumber dari saluran
irigasi persawahan di kawasan Tanah Lot. Pada puncak musim kemarau, saat volume
air irigasi menyusut, tak akan terlihat lagi air terjun ini.
Selain keindahan alam,
Bali punya beragam pesona budaya. Salah satunya adalah Tari Barong. Saya memilih
pementasan Tari Barong Sekehe Barong Sila Budaya di Puri Anom, Batubulan,
Gianyar. Pertunjukan dimulai pukul 09.30 dan berakhir pukul 10.30. Datanglah lebih
pagi agar bisa memilih tempat duduk di deretan paling depan. Tari Barong
menggambarkan pertarungan antara kebajikan (Barong) melawan kebatilan (Rangda).
Menurut umat Hindu Bali, barong adalah binatang purbakala yang menjadi simbol kebajikan.
Sedangkan Rangda adalah binatang purbakala mahadahsyat yang menggambarkan
kebatilan. Tari Barong yang dipentaskan oleh Sekehe Barong Sila Budaya mirip pertunjukan
drama dengan bumbu tari dan komedi.
Pantai Pandawa
berlokasi di Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Dahulu,
pantai ini bernama Pantai Kutuh. Saat itu, hanya warga sekitar atau pengunjung
tertentu yang bisa menikmati pasir putih dan birunya air laut di pantai ini. Kini
sudah akses menuju pantai ini. Bagi pengunjung yang suka olahraga untuk menguji
adrenalin, tersedia paralayang dengan lokasi take-off di Bukit Timbis, beberapa kilometer dari Pantai Pandawa.
Bagi yang lebih suka olahraga air nan santai, bermain kano adalah pilihan yang tepat.
Kontur pantai yang landai dan ombak yang tak terlalu besar menjadikan pantai
ini relatif aman bagi pengunjung untuk bermain air di bibir pantai.
Pantai Kuta sangat
identik dengan Bali. Kepopulerannya melambungkan nama Bali dan bukan hanya
mengundang pengunjung domestik, melainkan juga mancanegara. Kabarnya, pantai
yang berlokasi di Kecamatan Kuta, sebelah selatan Kota Denpasar ini, telah menjadi
objek wisata andalan Bali sejak 1970-an. Pesona sunset dan ombak yang bagus untuk surfing menjadi alasan para pengunjung memilih Kuta sebagai salah
satu destinasi wisatanya. Akibatnya, pantai ini sangat ramai pengunjung.
Pura Luhur Uluwatu
merupakan pura tersohor di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, sekitar
30 menit dari Pantai Pandawa. Di sini, pengunjung bisa menengok pura di tebing
tinggi dengan view laut lepas. Pura ini
dibangun oleh Mpu Kuturan diperkirakan pada masa pemerintahan raja yang
bergelar Sri Haji Marakata. Raja ini memerintah Bali pada tahun 1032-1036.
Bayangkan, betapa tuanya pura ini sekarang. Pemandangan tak kalah indah juga tersaji di
sisi timur pura. Tebing curam nan panjang menjadi spot foto yang menarik bagi
para pengunjung.
Jika Anda ingin
mengenal sejarah Bali, datang saja ke Museum Bajra Sandhi. Museum ini berdiri
megah di tengah Lapangan Renon, Jalan Raya Puputan, Denpasar Timur, Denpasar. Selain hari libur nasional, Museum Bajra Sandhi
dibuka setiap hari. Pada Senin-Jumat, museum dibuka pukul 08.30-17.00 WITA.
Sedangkan pada Sabtu-Minggu, pengunjung bisa masuk mulai pukul 09.30-17.00
WITA. Museum ini terdiri atas tiga bagian utama. Pertama, bagian nistaning utama mandala, yaitu lantai
dasar gedung dengan beberapa ruang seperti ruang informasi, administrasi,
pameran, perpustakaan, suvenir, rapat, dan toilet. Kedua, madianing utama mandala, yaitu lantai tengah tempat memajang 33
diorama perjuangan rakyat Bali. Ketiga, utamaning
utama mandala, yaitu lantai atas yang juga disebut ruang peninjauan.
Cuaca dingin memberi
sensasi tersendiri saat berada di Danau Beratan di kawasan Bedugul, Desa
Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Danau ini terletak di
ketinggian 1.200 dpl. Kabarnya, dahulu danau ini adalah danau terluas di Bali.
Namun, karena sebuah gempa sangat besar pada masa itu, danau ini terbelah
menjadi tiga, yaitu Danau Beratan, Tamblingan, dan Buyan. Danau Beratan
terletak paling timur di antara dua danau lainnya. Ketiganya merupakan gugusan
danau kembar di dalam sebuah kaldera besar. Luas Danau Beratan kini
diperkirakan mencapai 1.607,5 hektare. Di tepi danau ini terdapat Pura Ulun
Danu.
Saya selalu berusaha menemukan
sisi baik dari apa pun yang terjadi di depan mata. Itu cara saya untuk menikmati
setiap momen. Salah satunya adalah ketika menyeberangi Selat Bali, penghubung
Pulau Bali dan Pulau Jawa. Beberapa kali saya menyeberang dari Pelabuhan
Gilimanuk, Bali, menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, dengan kapal feri dan
kerap malam hari. Nah, Akhir April lalu, kebetulan kapal yang saya tumpangi
berlayar pada sore hari. Anak-anak koin yang sengaja meloncat ke laut dan
menyelam untuk mengejar koin yang dilemparkan para penumpang pun menarik perhatian.
Pemandangan di seberang laut juga sangat menghibur. Gunung Raung Banyuwangi
tampak menjulang dari kejauhan.
BOJONEGORO
Air Terjun Kedung
Gupit berada di wilayah perbatasan antara Desa Krondonan, Kecamatan Gondang,
dan Desa Gayam, Kecamatan Sekar. Namun, akses menuju ke sana lebih mudah
melalui Desa Krondonan. Karena itulah, banyak pula yang menyebut air terjun ini
Air Terjun Krondonan. Jarak tempuhnya sekitar 50 kilometer dari Kota
Bojonegoro. Kedung Gupit berada di balik bukit. Letaknya persis di sudut bukit,
mirip ujung gang buntu. Dari kejauhan, curah air saat itu tampak hanya segaris.
Namun, begitu didekati, baru jelas bahwa air yang turun menyerupai hujan,
melebar beberapa meter di tebing setinggi kurang lebih 8 meter. Untuk mendekati
air terjun, saya harus memanjat bebatuan yang lumayan besar.
Ini adalah fenomena
geologi alam berupa api yang tak kunjung padam sejak zaman Majapahit. Namanya
Kayangan Api dan kini menjadi salah satu destinasi wisata ikon Kabupaten
Bojonegoro. Objek unik yang berlokasi di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem,
ini makin populer sejak digunakan sebagai lokasi pengambilan api Pekan Olahraga
Nasional (PON) XV pada tahun 2000. Kayangan Api berjarak sekitar 15 km dari
Kota Bojonegoro dengan rute Bojonegoro-Dander-Ngasem. Api tak kunjung pada itu
muncul dari balik bebatuan yang dibatasi lingkaran beton. Di sekelilingnya,
terdapat empat pilar dan empat bangunan berbentuk candi kecil. Saat itu, saya
berkunjung pagi hari. Api yang muncul tak terlalu besar. Kobaran api lebih
besar pada sore atau malam hari.
TUBAN
Situs bersejarah
peninggalan masa keemasan Majapahit ini dinamai Gua Suci karena berlokasi di
Dusun Suci, Kelurahan Wangun, Kecamatan Palang. Gua Suci berjarak sekitar 20 km
dari Kota Tuban. Menurut saya, gua ini istimewa. Di antaranya, warna dinding
gua, pahatan-pahatan kuno, serta ray of
light dari celah atap dan mulut gua sukses memukau mata saya. Gua Suci
memiliki banyak celah dan lorong pendek yang saling terhubung. Dinding gua
didominasi warna cokelat dan merah bata. Seluruh dinding gua bertekstur pahatan,
diyakini buatan manusia pada masa Kerajaan Majapahit. Di hampir semua bagian,
atap gua berbentuk kerucut dan berlubang di ujungnya. Lubang itulah yang
menjadi sumber cahaya.
Pantai Remen berada di
Desa Remen, Kecamatan Jenu. Jaraknya sekitar 20 kilometer dari Kota Tuban ke
arah Semarang dengan waktu tempuh kurang lebih 45 menit. Pemandangan pertama
yang tersaji adalah deretan pohon cemara di sepanjang pantai. Sebelum bertemu
dengan bibir pantai, pengunjung akan disuguhi sebuah laguna. Bagian ini
terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa pasir dan bebatuan kecil
berwarna putih. Beberapa meter dari laguna itu, barulah terlihat pantai dengan
hamparan pasir putihnya. Di beberapa bagian pantai, pasir bertekstur kasar
mirip biji-bijian. Sedangkan di bagian lain pantai, pasir bertekstur lembut dan
halus. Warnanya memang benar-benar putih. Memang, air Pantai Remen tak jernih
alias agak kecokelatan. Namun, saya sangat tertarik dengan buih putihnya yang selalu
tampak eksotis saat bertemu dengan pasir putih.
Kelenteng Kwan Sing
Bio Tuban merupakan tempat ibadah umat Tri Darma (Budha, Tao, dan Konghucu) yang
sangat terbuka bagi para pengunjung beragama lain. Dan, kelenteng ini kini
menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Tuban. Letaknya strategis di pesisir
utara Pulau Jawa, tepatnya di Jalan R.E. Martadinata No. 1, Kota Tuban. Kelenteng
yang kabarnya sangat berpengaruh di Indonesia dan Asia Tenggara ini berdiri di
lahan seluas 2 hektare. Kelenteng ini kerap menggelar kegiatan besar. Kabarnya,
saat perayaan Kirab Kiemsin lima tahun lalu, kelenteng ini mampu menampung
2.260 pengunjung yang menginap. Beragam simbol berupa patung di Kwan Sing Bio
memang menjadi ornamen yang menarik. Relief-relief yang menghiasai berbagai
dinding mulai altar hingga tempat parkir juga sayang jika dilewatkan.
LAMONGAN
Di kawasan Pantura
Lamongan, tepatnya di Kecamatan Paciran, terdapat Maharani Zoo & Goa
Lamongan. Dulu, daya tarik lokasi ini hanya Gua Maharani. Gua ini ditemukan
pada tahun 1992 oleh sekelompok penambang fosfat yang dimandori oleh seorang
warga bernama Sunyoto. Gua ini kemudian diresmikan sebagai salah satu objek
wisata Kabupaten Lamongan pada tahun 1994. Untuk menarik semakin banyak
pengunjung, pada tahun 2008, Pemkab Lamongan menggandeng investor untuk
menyulap kawasan Gua Maharani menjadi kebun binatang. Jadilah gua ini sebagai
bagian dari salah satu wahana Mazola. Selain mempercantik Gua Maharani, pengelola
Mazola menambah wahana baru untuk menarik pengunjung. Kini, mereka telah
menyediakan sejumlah wahana seperti taman satwa, galeri satwa, stone gallery, gajah tunggang, Inca Lost
Temple, Exotic Albino, dan bird park.
Tiket terusan Mahari
Zoo & Goa Lamongan (Mazola) membawa saya ke Wisata Bahari Lamongan (WBL).
Jarak keduanya hanya sekitar 100 meter, terpisah oleh jalan raya. WBL merupakan
pengembangan objek wisata legendaris di Kota Lamongan, Tanjung Kodok. Pada 2004,
Pemkab Lamongan menggandeng investor untuk mengembangkan Tanjung Kodok menjadi
objek wisata dengan beragam wahana permainan dan meresmikan nama WBL. Setiap
tahun, selalu ada wahana baru. Saat ini tercatat lebih dari 40 wahana yang siap
memacu adrenalin pengunjung, baik untuk anak-anak maupun pengunjung dewasa yang
masa kecilnya kurang bahagia. Hehehe. Di antaranya, rumah kucing, bioskop 3D,
rumah sakit hantu, gokart, tagada, rotary coaster, sarang bajak laut, drop zone, crazy wheel, jet coaster,
space shuttle, crazy car coaster, 3D art
trick, dan masih banyak yang lain.
BATU & MALANG
Coban Talun terletak
di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Saya pernah mengulas objek
ini tahun lalu. Tahun ini saya kembali ke sana untuyk suatu acara dan ternyata
terjadi peristiwa mistis. Dua peserta acara kesurupan. Sudah lama saya
mendengar bahwa hutan pinus di kawasan perkemahan ini dihuni juga oleh makhluk
lain. Tak sedikit peserta kemah yang kesurupan di tempat ini. Bahkan, beredar
rumor, di tempat ini terdapat kerajaan jin. Mereka merasa terganggu jika ada
keramaian yang umumnya dilakukan oleh anak-anak yang berkemah. Percaya atau
tidak dengan kisah mistis ini, kejadian yang menimpa kami semoga menjadi
pelajaran untuk kalian yang akan berkemah di sini.
Di kawasan objek wisata
Coban Talun Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, ternyata terdapat
pusat rehabilitasi lutung Jawa. Nama resminya Javan Langur Center (Pusat
Rehabilitasi Lutung Jawa). Dari loket tiket Coban Talun, pusat rehabilitasi ini
berjarak sekitar 500 meter melewati jalan utama menuju hutan pinus. Pusat
rehabilitasi ini didirikan oleh The Aspinall Foundation Indonesia Program,
bekerja sama dengan Perhutani dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Lutung-lutung
ini berasal dari tiga cara penyerahan, yaitu hasil operasi penertiban satwa
oleh BKSDA dan Polri, penyerahan sukarela masyarakat, serta bayi lutung yang
lahir di tempat ini. Mereka menjalani masa karantina hingga pelepasliaran
dengan monitoring serta evaluasi secara intensif.
Coban Pelangi terletak
di Desa Gubuk Klakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Saya berangkat
dari Kota Malang bersama seorang teman. Jarak tempuhnya sekitar 32 kilometer ke
arah timur, sejalur menuju Gunung Bromo dan Gunung Semeru. Untuk menikmati air
terjun di bukit berketinggian 1.299,5 mdpl ini, kami harus menyusuri jalan
setapak sejauh sekitar 1 kilometer dengan tingkat kemiringan 45 derajat. Coban
Pelangi berketinggian 110 meter. Air turun dari atas puncak bukit, membentuk
satu garis lengkung di tebing hijau nan tinggi itu. Air mendarat di dasar
tebing berupa bebatuan beragam ukuran dan membentuk sungai. Bebatuan di dasar
tebing itu sangat licin karena berlumut. Percikan air terjun menambah
kesejukan.
MOJOKERTO & MAGETAN
Setiap kali melihat
serunya foto atau video rafting, saya
selalu penasaran seperti apa rasanya. Saat kesempatan itu datang, saya tak
sanggup menahan hasrat ingin mencoba. Sungai Kromong di kawasan Pacet,
Mojokerto, menjadi tempat saya merasakan pengalaman rafting. Di sini, kendali
utama perahu karet memang ada pada pemandu yang membawa dayung. Penumpang cukup
berpegangan tali perahu untuk menyeimbangkan laju perahu. Sepanjang perjalanan,
saya menikmati pemandangan yang beragam. Arung jeram di Pacet ini tergolong
level medium di Jawa Timur. Level pemula ada di Kasembon, Batu. Sedangkan level
ekstrem ada di Songa, Probolinggo.
Salah satu andalan kabupaten
ini adalah Telaga Sarangan atau yang juga dikenal dengan nama Telaga Pasir.
Berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, kawasan telaga alami
yang diselimuti suhu udara 15 hingga 20 derajat celsius ini kabarnya menarik
ratusan ribu pengunjung setiap tahun. Telaga ini berada di Desa Sarangan,
Kecamatan Plaosan. Di sekelilingnya terdapat penginapan beragam tipe. Selain
itu, tedapat sejumlah restoran serta toko aneka suvenir seperti kaos, batik,
makanan ringan, kerajinan tangan, buah, sayur, dan bunga.
Selamat tinggal 2015.
Terima kasih, Tuhan, untuk pengalaman dan petualangan yang berharga. Selamat
datang 2016. Semoga makin banyak destinasi yang bisa saya saksikan keindahannya
dengan mata kepala sendiri. (*)
5 comments
Saya berangkat dari Kota Malang bersama seorang teman... yahh namanya gak disebut, haha
ReplyDeleteGak perlu just kidding. Keren Ed tulisannya.
Waaah, kemarin mau edit kok lupa. Yawes, next post ya yg di Batu dan kebun teh. Suwuuuuun
Deletehttps://www.fiverr.com/s2/5f2833aac7
DeleteWah kedung gupit keren nih, lumayan deket dari tempat saya. Tapi belum pernah kesana :(
ReplyDeleteCoba ke sana mas, mumpung musim hujan. Kalo kemarau, ga ada airnya hehehe
Delete