ADA MAKAM SUNAN KALIJAGA DI BUKIT SUROWITI GRESIK?
21:46:00
Selama ini, yang saya tahu, makam Sunan Kalijaga berada di
Kadilangu, Demak, Jawa Tengah. Namun, ternyata di sebuah bukit di Gresik, Jawa Timur, juga
terdapat makam yang oleh warga setempat diyakini sebagai makam Sunan Kalijaga.
Bukit itu bernama Surowiti di Desa Surowiti, Kecamatan Panceng. Jaraknya
sekitar 40 kilometer dari Kota Gresik.
Tak sulit menemukan bukit ini. Di jalan utama jalur Pantura dari
arah Sidayu, di sisi kiri jalan berdiri tulisan Bukit Surowiti dengan huruf
berukuran besar. Sebelum tulisan tersebut, terdapat pertigaan. Saya pun belok
kiri, kemudian mengikuti beberapa papan petunjuk arah yang ada. Sekitar 15
menit kemudian, saya sampai di tempat parkir Bukit Surowiti yang dijaga oleh
beberapa pemuda setempat.
Sebagai salah satu objek wisata religi di Gresik, lokasi ini tak
sepi. Ada beberapa pengunjung lain yang juga ingin naik ke puncak bukit. Jalan
naik bukit telah dibangun berupa tangga beton. Meniti ratusan anak tangga ini
ternyata sukses memeras keringat dan membuat napas saya sedikit tersengal. Beberapa
kali saya harus beristirahat sembari menikmati view lahan persawahan dari ketinggian.
Anak tangga menuju puncak Bukit Surowiti |
View dari puncak Bukit Surowiti |
Bagi warga Desa Surowiti, menaiki ratusan anak tangga berliku
itu sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Motor pun bisa mereka pacu di sisi
tangga yang memang dibangun untuk jalan motor. Namun, bagi yang tidak terbiasa,
mengendarai motor dengan medan seperti ini cukup berbahaya. Bukan hanya
menanjak, tangga itu juga berliku dan sempit.
Sampai di puncak bukit, ternyata terdapat kampung kecil
dengan rumah-rumah yang saling berdekatan. Seperti kampung-kampung lainnya,
banyak ibu dan anak yang beraktivitas di depan rumah masing-masing. Dengan
ramah, mereka menjawab pertanyaan saya tentang apa saja yang ada di Bukit
Surowiti ini. “Lurus saja, Mas, nanti di ujung sana ada Makam Sunan Kalijaga.
Ada gua juga,” ujar seorang ibu yang sedang bercengkerama dengan tetangganya.
Makam Sunan Kalijaga? Saya sempat menyangsikan jawaban si
ibu. Setahu saya, makam Sunan Kalijaga yang pernah saya ziarahi ada di Kadilangu,
Demak. Rasa penasaran saya membuat langkah kaki saya semakin ringan untuk
mendekati sebuah bangunan tua bergapura sederhana itu. Begitu melewati gapura makam,
rasa penasaran saya pun mulai terjawab. Di sana terdapat bangunan bertuliskan
Pesarean Sunan Kalijaga (Raden Said). Dalam bahasa Jawa, pesarean berarti makam.
Pintu makam Sunan Kalijaga |
Tulisan inilah yang sempat membuat saya tercengang |
Tampak seorang perempuan tua sedang menyapu lantai bangunan
serupa pendapa kecil itu. Kebetulan, pikir saya, saya ingin bertanya kepada
sang nenek yang tampaknya menjadi penjaga makam tersebut. Bagaimana bisa ada
makam Sunan Kalijaga di Bukit Surowiti ini? Dengan terbata-bata, sang nenek
menjawab, “Memang yang diziarahi banyak orang ya yang di Demak sana, Mas. Tapi
sejak dulu kami meyakini bahwa yang di sini ini adalah makam Sunan Kalijaga,”
terangnya.
Menurut sang nenek (saya menyesal lupa bertanya nama beliau),
masyarakat Desa Surowiti tak ingin ada konflik antara pemangku makam Sunan
Kalijaga di Bukit Surowiti dengan pemangku Makam Sunan Kalijaga di Demak.
Karena itu, mereka rela jika ada yang beranggapan bahwa makam di Desa Surowiti
ini hanyalah petilasan Sunan Kalijaga. “Jadi hubungan sini (pengelola makam
Sunan Kalijaga di Bukit Surowiti) dengan pihak (pengelola makam Sunan Kalijaga
di) Demak sangat baik,” ujarnya.
Menurut si nenek, dahulu Sunan Kalijaga pernah menyinggahi
Bukit Surowiti untuk mendalami ilmu agama melalui gurunya, Sunan Bonang. Di
Bukit Surowiti pula, Sunan Kalijaga berdakwah dan menjalin hubungan diplomatik
dengan kerajaan-kerajaan yang berkuasa pada saat itu. Selain itu, Sunan
Kalijaga juga berdakwah dengan pendekatan yang mudah diterima masyarakat Hindu
saat itu, yaitu kesenian Jawa.
Bangunan makam Sunan Kalijaga di Bukit Surowiti ini
dikelilingi pagar batu setinggi dada orang dewasa. Terdapat gapura tua sebagai
satu-satunya jalan masuk menuju kompleks makam. Bangunan tersebut terbuat dari
kayu dan beratap seng. Sebagai situs bersejarah, bangunan ini tampak sangat
sederhana. Makam Sunan Kalijaga terdapat di sisi kiri bangunan dengan gapura
putih dan pintu berwarna hijau. Sayangnya, saya tak bisa masuk ke dalam
bangunan utama makam tersebut. Menurut nenek penjaga makam, pintu tersebut
hanya dibuka pada hari Kamis.
Papan petunjuk ke Gua Langsih |
Tepat di depan gapura kompleks makam Sunan Kalijaga, terdapat
papan petunjuk informasi tentang Gua Langsih. Sekitar 150 meter jalan kaki,
saya bertemu dengan dua ibu separo baya yang langsung menyapa saya. Menurut
salah satu dari dua ibu itu, banyak pengunjung yang datang ke Gua Langsih untuk
bertapa. Meski sama sekali tidak tertarik untuk bertapa, saya penasaran melihat
dari dekat seperti apa bentuk gua yang kabarnya pernah menjadi lokasi pertapaan
Sunan Kalijaga dan tempat sidang Wali Songo sekitar tahun 1463 ini.
Tangga turun menuju Gua Langsih |
Bebatuan terjal menuju Gua Langsih |
Setelah memberi uang seikhlasnya kepada dua ibu tersebut,
saya mencoba mengintip pintu gua yang berada di balik bebatuan besar di tepi
tebing itu. Niat saya untuk masuk gua tiba-tiba menguap setelah tahu bahwa saya
saat itu adalah satu-satunya pengunjung gua. Apalagi, gua sangat gelap dan sempit.
Bukan hanya itu. Untuk masuk ke perut gua, pengujung harus turun melewati
tangga kayu. Kedalamannya sekitar tujuh meter. Bebatuan seperti menghimpit
tangga tersebut. Saya pun tak yakin tubuh saya muat masuk ke dalam gua.
Bebatuan besar yang mengapit jalan ke pintu Gua Langsih |
Begitu saya balik kanan, ternyata ada empat anak remaja yang baru
datang dan berniat masuk gua. Nah, merasa ada orang lain yang punya tujuan
sama, nyali saya pun kembali muncul. Bersama mereka, saya pun menuruni anak tangga
masuk ke gua. Ternyata benar, badan saya sempat kesulitan melewati lorong
sempit itu karena terhimpit bebatuan di sepanjang lorong gua. Untungnya saya
akhirnya sukses sampai di dasar gua. Ternyata, bagian dalam gua itu sangat
gelap. Satu lampu di atap gua sama sekali tak mampu menerangi ruang gua yang
sempit itu. Semakin masuk, ruang gua semakin sempit dan gelap. Dinding yang
basah menyebabkan suasana semakin pengap.
Bagian dalam Gua Langsih |
Saya pun tak berlama-lama berada di dalam gua. Begitu
berhasil keluar mulut gua, saya beristirahat untuk menghirup udara segar. Badan
yang penuh peluh pun terasa segar setelah tersapu angin. Beberapa menit
kemudian, saya berniat pulang. Ternyata, Pemerintah Desa Surowiti selaku
pengelola objek ini menyediakan dua jalur yang bisa dilalui para pengunjung.
Supaya tahu semua sisi Bukit Surowiti, saya pulang melalui jalur yang lain. Sepanjang
jalan pulang itu, pemandangan yang tersaji adalah tebing tinggi di sisi kiri
dan pemandangan lahan pertanian dari ketinggian.
Tebing Bukit Surowiti di jalur pulang |
Selain makam Sunan Kalijaga, di kompleks itu juga terdapat
makam-makam kuno lainnya. Di antaranya, makam Empu Supo, putra Tumenggung
Majapahit Empu Supadriya. Beliau adalah santri Sunan Kalijaga dan suami Dewi
Roso Wulan (adik kandung Sunan Kalijaga).
Selain itu, ada makam R. Bagus Mataram, kerabat Kesultanan Mataram.
Beliau juga salah satu santri Sunan Kalijaga. Makam-makam tersebut terpisah
beberapa meter.
Sepanjang perjalanan pulang, fenomena dua makam untuk satu
orang itu menjadi tanda tanya di benak saya. Meskipun umumnya umat Islam
mengenal makam Sunan Kalijaga berada di Demak, keberadaan makam Sunan Kalijaga
di Bukit Surowiti Gresik tak bisa dipandang sebelah mata. Sebagai jawaban atas
pertanyaan ini, saya hanya bisa menyimpulkan, hanya Allah-lah Yang Maha Tahu, wallahu a’lam bishawab. (*)
21 comments
Menarik sekali infonya mas. Saya orang Gresik tapi belum pernah berkunjung kesini. Biasanya cuma ke Sunan Giri dan Malik Ibrahim saja.
ReplyDeleteSalam kenal :)
Kalau ada waktu, coba ke sini, Mas Inggit, heheh
DeleteTerima kasih sudah mampir. Salam kenal :-)
jadi penasaran banger pinging ke gua nya
ReplyDeleteSilakan coba, Mas Panca. Sepertinya ada sensasi tersendiri.
DeleteTerimakasih infonya mas, semoga barokah :)
ReplyDeleteSama-sama, Mas Wisnu. Amiiiin.
DeleteJadi penasaran pingin lebih dekat dengan info makam tersebut. Terimakasih banyak mas, semoga infonya bermanfaat buat kita semua.
ReplyDeleteAmiiiin. Sama-sama, Mas. Monggo kalau ada waktu berkunjung ke Bukit Surowiti.
Deletemantap mas .. tulisanya itu lho .. enak banget dibaca jd kerasan disini keep posting dan makasih telah berbagi
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih banyak Mas. Saya jadi makin semangat. Mampir terus ya Mas hehehe
DeleteBegitu banyak sejarah islam di Gresik, saya jg bangga jdi warga Gresik, alhamdulilah saya sudah pernah di beri kesempatan buat berkunjung ke sana.
ReplyDeleteSaya salut sama warga Gresik yang masih menjaga tradisi.
DeleteKemarin aku daei surowiti, alhamdulilah udah tahu
ReplyDeleteAlhamdulillah, jadi ga penasaran lagi ya Mas
DeleteMantap tulisannya mas,,,baru tau makam sunan kalijaga di gresik, setahu saya ad di demak. terus berkarya mas. Ijin donlut gambarnya y mas.. trims sebelumnya
ReplyDeleteTerima kasih banyak Mas. Monggo jika berkenan download.
DeleteMasih banyak loh mas gua gua lainya, diantaranya gua Macan, gua Dasih, gua Pelok, ada juga Watu Kenteng, didalam gua Langsih juga ada tetes tetesan air, makanya ada juga yang menamai gua Tetes, lain kali kalo ada waktu mas berkunjung ke Surowiti lagi ya mas
ReplyDeleteMenambah keyakinan mas bagus
ReplyDeleteTrima kasih ya mas informasinya sanggat membantu mau mampir bila ke gresik trima kasih banyak
ReplyDeletehttps://www.liannasuzukimobil.com/
ditunggu tulisan tentang situs" religi yg lain mas,utamanya yg di wilayah jatim
ReplyDeleteTerus eksplor wisata religi nusantara.....jadikan bangga mereka yg ditempati. Selalu semangat dan sehat....
ReplyDelete