SISA TRAGEDI G 30 S PKI DI COBAN TALUN
21:51:00
Hari sudah menjelang Maghrib. Pucuk-pucuk pinus berselimut
kabut. Warna putihnya menyembul, berarak, dan menutupi pepohonan. Jarak pandang
kian terbatas dibuatnya. Namun, saya masih ingin mengabadikan pemandangan hutan
pinus di kawasan Coban Talun, Batu, ini. Sebuah pemandangan yang tak bisa saya
jumpai di tempat saya tinggal.
Pegunungan di Coban Talun |
Kabut sore menyembul berarak |
Kabut di pucuk-pucuk pinus |
Hingga kemudian seorang bapak separo baya yang bertemu saya di jalan setapak menyapa. Tampaknya, dia penduduk lokal yang baru pulang dari kebun. “Dari mana, Mas?” tanyanya.
“Saya dari Bojonegoro, Pak, ngantar murid-murid camping di sana,” jawab saya sambil
menunjuk kawasan perkemahan di sisi timur jalan.
“O, di sebelah hutan itu?” tanyanya, seperti ingin
memastikan.
Saya mengangguk.
“Semoga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Mas.”
Saya tahu maksud si bapak. Saya pun pernah mendengar cerita mistis
di kawasan hutan pinus Coban Talun ini serta kabar meninggalnya tiga anggota
Pramuka karena tertimpa pohon pinus pada tahun 2006. “Baik, Pak. Mohon doanya
juga semoga acara kami lancar tanpa hambatan,” kata saya, segera.
Kami pun berpisah. Si bapak melanjutkan perjalanan pulang.
Sedangkan saya masih ingin memotret hutan pinus berselimut kabut. Namun, entah
mengapa, “peringatan” si bapak tadi membuat saya segera ingin mengakhiri
kegiatan dan kembali ke perkemahan. Kebetulan, azan Magrib terdengar
sayup-sayup dari masid kampung.
Udara dingin mulai menusuk tulang. Air wudu, apalagi, rasanya
sedingin air es. Namun, kami tetap berwudu kemudian salat Magrib berjamaah. Selepas
salat, di bawah penerangan lampu genset yang kami bawa, anak-anak mengaji di
tenda masing-masing. Jujur saja saya merasa tenang. Dengan salat berjamaah,
berdoa bersama, dan membaca ayat-ayat Alquran itu, saya berharap tak terjadi
hal mistis seperti yang saya pernah dengar.
Tenda-tenda kami |
Hawa dingin pun tak mereka rasakan. Bukan hanya karena
hangatnya api unggun, tapi sepertinya juga karena hangatnya kebersamaan
menikmati suguhan setiap kelompok malam itu. Beberapa jam kemudian, saya dan
dua guru pembina lain meninggalkan anak-anak menimati suasana. Anak-anak didampingi
kakak kelas yang menjadi panitia. Kami beristirahat di tenda guru.
Baru beberapa menit kami berada di tenda, terdengar suara kaki-kaki
berlarian. Seorang siswi memanggil saya dengan suara panik, tepat di depan
tenda guru, “Pak Edy, ada anak yang kesurupan!”
Saya dan rekan guru pembina lain bergegas menuju lokasi api unggun
yang berjarak sekitar 50 meter dari tenda. Sebagian besar siswa telah masuk tenda
masing-masing dan membaca ayat-ayat Alquran. Sedangkan di dekat api unggun,
seorang siswa, namanya Khanif, dengan tatapan nanar berusaha menendang-nendang
api unggun. Sesekali dia seperti mengeluarkan jurus-jurus bela diri. Dialah siswa
yang kemasukan makhluk halus hingga kesurupan.
Kami mendekat perlahan. Kami mencoba menenangkan sejumlah
siswa yang masih berada di sekitar api unggun. Saya pun membaca Ayat Kursi. Pak
Zainal, rekan guru, tampak pula membaca doa-doa lalu mendekati Khanif. Saya salut,
seorang siswa merangkul Khanif dan membawanya menjauhi api unggun.
Usaha kami berhasil. Khanif pun kemudian sadar. Beberapa
siswa lantas membawanya beristirahat di tenda. Api unggun pun dipadamkan. Semua
peserta camping kemudian diminta
tidur karena malam juga semakin larut. Dalam suasana hening, kami bertahan di
tenda masing-masing. Keinginan ke kamar kecil pun sepertinya ditahan hingga
pagi tiba. Apalagi, tengah malam, genset kami mati mendadak dan menyebabkan
semua lampu penerangan padam.
Saya sendiri sempat sulit tidur karena hawa dingin
benar-benar menembus kulit. Baju, jaket, celana lapis dua, sarung tangan,
penutup kepala, dan kaos kaki sama sekali tak mampu menghangatkan tubuh. Alas
tenda dan bantal semua seperti basah. Memang sempat beberapa menit mata
terpejam, tapi kemudian terbangun. Begitu seterusnya hingga pagi tiba.
Esok harinya, aktivitas pelatihan kembali seperti semula. Para
siswa mengikuti kegiatan penjelajahan dan outbond
hingga ke tengah hutan. Saya tak terlalu khawatir karena pada siang hari banyak
pula warga lokal yang berada di hutan. Sekadar diketahui, warga menanam
sayur-mayur di antara pohon pinus. Saya pun masuk hutan dan mendatangi Pusat Rehabilitasi Lutung Jawa. Sesekali saya bertemu dengan sekelompok siswa yang
mengikuti penjelajahan dan outbond.
Pucuk-pucuk pinus |
Hutan pinus dan jalan berdebu |
Hutan di seberang sungai |
Suasana kurang nyaman itu berlanjut dengan terdengarnya
teriakan seorang siswi di sebuah tenda, sesaat setelah shalat Isya. Dia juga
kesurupan. Untuk kesekian kali, semua siswa masuk ke tenda masing-masing dan
membaca Alquran. Untungnya, kejadian ini tak berlangsung lama. Siswi tersebut
kemudian pingsan dan tertidur. Para panitia bertugas jaga malam. Malam itu,
kami lebih tenang. Genset pun bersahabat sehingga lampu penerangan menyala
hingga pagi.
Pohon yang dikeramatkan warga, tak jauh dari lokasi api unggun |
Bangunan di dekat pohon keramat |
Karena penasaran, di sebuah kesempatan, saya berbincang
dengan Khanif. Saya ingin tahu apa yang dia rasakan saat kesurupan. Dengan
lugas, dia menuturkan, sejak awal dirinya sudah tidak nyaman dengan lokasi
pendirian tenda di Coban Talun itu. Menurut dia, tepat di kawasan hutan yang
dipilih panitia, terdapat beberapa jenazah para korban tragedi Gerakan 30
September (G 30 S) PKI yang meninggal dengan cara keji. Dia mengaku melihat
potongan tubuh seperti kepala, tangan, dan kaki berserakan di sana.
Siswa kelas 2 SMA yang mengaku bisa melihat hal gaib sejak
kira-kira berumur tujuh tahun ini pun telah memperingatkan panitia. Namun,
kekhawatirannya tak mampu mengubah niat panitia yang telah mengatur banyak
rencana di tempat ini. Menurut panitia, kawasan yang mereka pilih ini agak jauh
dari jalan utama sehingga peserta bisa fokus berkegiatan. Selain itu, lokasi
ini dekat dengan sungai dan kamar mandi.
Khanif menambahkan, makhluk halus penghuni tempat itu
terganggu dengan suara keras dan cahaya pada malam hari. Karena itulah, saat
api unggun, ada yang marah dan ingin memadamkan api. Makhluk itulah yang
merasuki tubuhnya. “Mereka juga tak suka cahaya lampu senter, Pak. Genset yang
mati tengah malam itu juga ulah mereka. Aneh kan, genset mati tiba-tiba,
padahal bahan bakarnya masih ada,” tambahnya.
Coban Talun |
Kisah ini adalah bagian
dari kegiatan posting bareng (posbar) Travel Bloggers Indonesia (TBI) bertema horor. Baca
juga cerita mistis member TBI lainnya berikut ini.
- Vika Octavia - Melihat Hantu
- Danan Wahyu - Dwilogi Pertanda dan Arwah
- Rey Maulana - Terjebak Horor di Rinjani
- Atrasina Adliena - Sosok di Ujung Pulau Kodingareng Lompo
- Parahita Satiti - Kamu Takut Setan Nggak?
- Titiw - Kisah Mistis Jeruji Pondok Baduy
- Taufan Badai - Jangan Baca Sebelum Tidur
- Bulan - Tangis Perempuan di Luar Kamar
27 comments
Serem serem seru gini ceritanya. Untung nggak baca kemarin malam hehehe.
ReplyDeleteBaca cerita begini jd pingin napak tilas G30S ^^
Saya juga ga nyangka hasil wawancara sama murid pas sama momen G30S, Mas Halim. Kebetulan banget!
Deletesaya kemaren habis dari bumi perkemahan itu tuh untung gak jadi jurit malam xD
DeleteJadi aman ya hehe
Deletetempat ini memang rada serem :D apalagi kalau sore~ mana banyak pohon pinusnya :D
ReplyDeleteSebenernya menurut saya tempat ini indah, Kak Fahmi, tapi kejadian itu bikin saya pikir dua kali kalo camping di sana lagi. Hehehe.
DeletePengalaman yang bagus, siiiip mas edy...
ReplyDeleteTerima kasiih, Cak Mahfud. Buat pelajaran juga buat yang mau kemah di sana, Hehehe
Deletengeri yaa hehe gak bayangin gimana Khanif liat potongan tubuh korban pembunuhan G30SPKI ._.
ReplyDeleteItulah mengapa saya nunggu beberapa hari setelah pulang camping buat wawancara Khanif, Kak Imama. Saya ga mau banyak tahu saat masih di lokasi camping. Hehehe
DeletePak Edy, saya baru tau kalau ada potongan potongan tubuh itu, saat bapak wawancara dengan khanif._.
ReplyDeleteBetul. Tulisan yang bagus sekali, Pak. Tidak menyangka perjalanan kemarin..
Delete@Fadya, saya juga baru tahu soal itu setelah ngobrol2 sama Hanif sepulang LDK hehehe
Delete@Ai Da, terima kasiih. Jangan bosan mampir blog ini lagi yaa
Bagus sekali pemandangan alam nya
ReplyDeleteSetujuuuu!
DeleteTerima kasih sudah mampir :)
Sebenernya pemandanganya sangat baguss...dan saya jga punya pengalaman waktu camp dicoban talun ..kebetulan teman2 mbawa 2 tenda..satu tenda dom dan tenda pramuka..kejadiannya dialami oleh teman saya yang berada ditenda pramuka..tiba2 teman saya terbangun di pertengahan malam dan menyadari setengah badannya keluar dari tenda pramuka tersebut.menurutnya tiba2 tubuhnya seperti ada yang menyeret keluar tenda...
ReplyDeleteWah, pengalaman Mas serem juga.
DeleteSebenernya pemandanganya sangat baguss...dan saya jga punya pengalaman waktu camp dicoban talun ..kebetulan teman2 mbawa 2 tenda..satu tenda dom dan tenda pramuka..kejadiannya dialami oleh teman saya yang berada ditenda pramuka..tiba2 teman saya terbangun di pertengahan malam dan menyadari setengah badannya keluar dari tenda pramuka tersebut.menurutnya tiba2 tubuhnya seperti ada yang menyeret keluar tenda...
ReplyDeleteDuh, serem juga ya, baru tau kalau disana ada potongan tubuh korban G30SPKI.
ReplyDeleteWallahu a'lam ya, Mbak. Itu versi "penampakan" yang dilihat murid saya.
DeleteMasih ingat benar peristiwa hari itu
ReplyDeletePengalaman yang benar benar baru pertama kali saya pribadi alami
Masih ingat betul bagaimana kronologi kejadian hari itu
Semuanya terasa masih lekat
Mulai dari kendala akomodasi hingga akhirnya kami mendapatkan pengalaman yang sama sekali tak terduga
Setidaknya dari peristiwa itu, dapat diambil banyak pelajaran
Harus bisa menempatkan diri dimana kita berada.
Wah, ada Diana. Iya, semua menjadi pengalaman kita. Tahun berikutnya anak-anak memilih Coban Rondo, di lahan yang tak terlalu jauh dari warung penduduk. Alhamdulillah ga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
DeleteKalo gak kejadian yg serem kayak gini, datar-datar aja gak ada apa2, nanti gak bisa ditulis jadi tulisan yg serem-serem seru gini pak. Hehehe...
ReplyDeleteBtw ceritanya di jadikan film keren tu kak narasi nya hebat
ReplyDeleteSeremmm
ReplyDeleteAHLIBET88 Memberikan Banyak Permainan Seru Lainnya, Nikmati Pengalaman Bermain Yang Berbeda Dari Website Togel Online Lainnya serta dapatkan bonus kemenangan ratusan juta rupiah setiap hari
ReplyDeletefb= lima jari
ReplyDeletetwitter= asupan506
tiktok= asupan506