UNIKNYA BUKIT KAPUR SEKAPUK
13:05:00
“Mau tanya, Pak, bukit
kapur Sekapuk sebelah mana ya?” tanya saya kepada seorang bapak di pertokoan
dekat gapura masuk Desa Sekapuk.
Tak menjawab pertanyaan
saya, si bapak dengan wajah tanpa ekspresi malah melontarkan pertanyaan, “Mau
apa Mas ke sana?”
Meski sempat bengong
dengan pertanyaan si bapak, saya lalu menjelaskan tujuan saya dengan kalimat
yang menurut saya paling mudah dimengerti, “Mau lihat pemandangan, Pak.”
“Kalau tempat gali
kapur, ada di sana (menunjuk arah masuk Desa Sekapuk), tapi itu tempat orang
kerja, bukan tempat melihat pemandangan, Mas,” terang si bapak ini sambil
memandang saya lekat-lekat.
Panorama bukit kapur Sekapuk |
Dalam hati, saya sangat
mengerti apa yang bapak itu maksud. Namun, saya tak ingin berdebat. Setelah mengucapkan
terima kasih, saya lantas pamit menuju arah sesuai petunjuk si bapak.
Sekitar 250 meter dari
gapura itu, terlihat bukit kapur lokasi penambangan bukit kapur. Tempat inilah
yang saya cari setelah mendapat rekomendasi teman travel blogger dan tertarik melihat foto bukit kapur ini di media
sosial. Bukit ini sempat membuat nama Desa Sekapuk, Kecamatan Ujungpangkah,
Gresik, dibicarakan komunitas penyuka foto nature
di Instagram.
Bukit kapur dari ketinggian |
Jalan masuk saya waktu itu |
Begitu melihat ada
jalan masuk menuju bukit, saya berhenti dan mendekati pos penjaga. Namun,
petugas keamanan penambangan mencegah saya masuk lewat jalan itu dengan alasan
mengganggu lalu lintas kendaraan berat yang lalu lalang di sana. Meski sempat
kecewa, saya memahami alasan petugas keamanan ini. Lokasi ini bukanlah tempat
wisata. Kedatangan pengunjung tak resmi seperti saya justru mengganggu proses penambangan.
Bertekstur pahatan |
Tetapi, saya tak mau
pulang dengan tangan hampa. Sekali lagi saya dekati pos jaga untuk meminta izin
masuk 30 menit saja, jalan kaki. Namun, saya sepertinya kurang berbakat melobi.
Si petugas jaga tetap melarang saya masuk. Saya pun menghela napas panjang
tanda putus asa. Eh, petugas itu kemudian bertanya, “Mas dari mana?”
Saya tinggal di
Bojonegoro, tapi saat itu saya beberapa hari sudah berada di rumah mertua di
Gresik. Untuk menarik rasa iba petugas, saya pun menjawab, “Dari Bojonegoro,
Pak, khusus ke sini hanya untuk lihat bukit kapur.”
Banyak lorong |
Rupanya, jawaban saya
ini membuahkan hasil. “Dari jauh ya, Mas. Kalau memang mau, lewat jalan lain
saja. Sekitar 100 meter dari sini, ada jalan lagi. Di sana sepi,” ujar si
petugas.
Tak sabar, saya pun
memacu kendaraan menuju jalan tersebut. Dan, ternyata benar. Jalan masuk ini sepi
dari kendaraan berat. Tak jauh dari jalan raya, saya sudah sampai di bukit yang
berwarna dominan putih ini. Tak perlu jalan kaki karena kendaraan saya bisa
masuk ke kawasan penambangan.
Sebagian bukit ini
telah berubah menjadi kubangan. Dinding-dinding bukit penuh lubang menyerupai
pintu gua. Uniknya, lubang-lubang tersebut bertekstur kotak-kotak. Dengan
gergaji khusus, para pekerja itu menambang batu berbentuk balok batu bata putih
beragam ukuran, dari yang kecil hingga besar.
Beberapa lorong saling terhubung |
Kerap jadi lokasi hunting foto |
Seperti yang kita tahu,
batu-batu itu merupakan salah satu bahan bangunan. Didorong rasa penasaran,
saya yang saat itu ditemani istri memasuki satu demi satu pintu gua tersebut.
Ternyata, beberapa pintu itu menjadi lorong besar nan gelap. Tak sedikit lorong
yang berukuran besar, sampai-sampai truk pun bisa masuk untuk mengangkut batu
kapur.
Di salah satu lorong,
saya sempat berbincang dengan sejumlah pekerja. Saya sapa mereka. Mereka pun
dengan ramah mempersilakan saya masuk melihat-lihat bagian dalam lorong. Mereka
mengira saya berniat membeli batu bata. “Murah, Pak, kalau beli di sini. Batu
kapur besar ini hanya Rp. 3.500 per potong,” katanya. Harga belum termasuk
ongkos kirim. Hehehe.
Jelajah lorong |
Bukit ini ternyata
cukup panjang, membentang sepanjang 3 kilometer dari Desa Sekapuk hingga Desa
Cangaan. Bukit ini telah dijadikan lokasi penambangan sejak tahun 1950-an.
Awalnya, aktivitas penambangan itu dilakukan secara liar. Namun, kini penambangan
batu kapur dikelola oleh pengusaha atau perusahaan yang telah mengantongi izin
penambangan. Sedangkan sebagian warga menjadi pekerja di sana.
Selain batu bata putih
untuk bahan bangunan, perusahaan tersebut juga menambang bahan pupuk, yaitu
dolomit dan fosfat. Aktivitas warga menggali, menggergaji, dan memahat batu
terus-menerus selama puluhan tahun itulah yang menyebabkan bukit ini terlihat
unik. Ada juga yang menyebut eksotis.
Saya dan bukit kapur Sekapuk |
Karena itulah, tak
sedikit pengunjung yang ingin mengabadikan keunikan bukit ini. Kabarnya, agar acara
hunting foto di sana aman dan lancar,
kita harus melayangkan surat permohonan tertulis ke perusahaan penambang.
Selain tidak akan dihalang-halangi, kita akan dikawal selama di lokasi untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kalau saya, saya lebih memilih yang
cepat dan murah. Yang paling penting, tetap waspada. (*)
8 comments
kaya masuk ke piramida aztec ya
ReplyDeleteJadi ga perlu jauh-jauh yaa, cukup ke Gresik. Hehehe
DeleteView-nya menjual nih, meskipun bukan obyek wisata. Malah jadi penasaran seperti apa bentuk gergajinya..
ReplyDelete:D
Iya, Kak Gio, saya juga penasaran. Sayang pas saya ke sana, ga ada aktivitas penambangan. Para pekerja cuma ngangkut batu kapur.
DeleteWapikkkkk pak !
ReplyDeleteSuwuuuun, Ren.
Deleteuntuk pergi kesana harus ada surat izinnya yaa ka ??
ReplyDeleteSebenarnya ga perlu surat izin kalau Mbak masuk lewat jalan umum. Saya awalnya sempat mau masuk lewat jalan proyek. Hehe.
Delete