KWAN SING BIO, SIMBOL KETERBUKAAN ANTARETNIS DAN AGAMA
19:55:00
Jujur saja, selama ini saya tidak pernah memasuki tempat
ibadah agama selain agama yang saya anut. Menurut saya, tempat ibadah merupakan
kawasan yang sangat dijunjung tinggi kesakralannya sehingga hanya pemeluk agama
itulah yang berhak memasukinya. Namun, anggapan saya itu tak terbukti saat saya
menjejakkan kaki di kawasan Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban. Tempat ibadah umat Tri
Darma (Buddha, Tao, dan Konghucu) ini sangat terbuka bagi para pengunjung beragama
lain. Dan, kelenteng ini kini menjadi salah satu destinasi wisata di Kota
Tuban.
Letaknya strategis di pesisir utara Pulau Jawa, tepatnya di
Jalan R.E. Martadinata No. 1, Kota Tuban. Kelenteng yang kabarnya sangat
berpengaruh di Indonesia dan Asia Tenggara ini berdiri di lahan seluas 2
hektare. Menurut saya, itu sangat luas untuk sebuah tempat ibadah. Butuh waktu
lumayan lama untuk mengelilingi seluruh bagian kelenteng. Apalagi, saya
benar-benar penasaran dan ingin melihat dari dekat setiap detail bangunan.
Gerbang Kwan Sing Bio |
Kwan Sing Bio memiliki sejumlah bagian bangunan. Bagian
pertama tentu saja pintu gerbang utama. Di atas gerbang ini terdapat patung
kepiting berukuran besar. Kepiting dipilih sebagai ikon karena lahan kelenteng ini dulu merupakan
kawasan tempat kepiting berkembang biak. Bagian berikutnya adalah altar depan.
Di sana terdapat banyak lilin dan dupa atau hio. Pengunjung yang bersembahyang
membakar dupa lalu memanjatkan doa seraya menghadap ke laut.
Awalnya, saya ragu-ragu mendekati teras altar karena khawatir
mengganggu pengunjung yang bersembahyang. Namun, didorong rasa penasaran, saya
pun mendekat dan sesekali mengambil
foto. Merasa aman, saya berniat masuk ke dalam altar yang juga dipenuhi lilin
dan terdapat beragam buah-buahan. Namun, seorang petugas dengan sopan
mengingatkan saya bahwa pengunjung dilarang memfoto bagian dalam altar.
Teras altar utama |
Di sisi kanan (barat) altar utama, terdapat banyak ruang,
termasuk ruang ramalan (jiam sie),
ruang berlatih barongsai dan liang-liong, serta toko suvenir. Sedangkan di sisi
kiri (timur) altar utama, berdiri Altar Tri Nabi dan panggung kecil untuk
pementasan wayang potehi. Untuk yang belum tahu, wayang potehi merupakan wayang
khas Tionghoa yang terbuat dari kain.
Altar Tri Nabi |
Sementara itu, di bagian belakang altar utama, terdapat taman
dan sebuah bangunan berisi banyak patung. Salah satunya adalah patung Dewa Kwan
Kong dan dewa-dewa lain yang dikeramatkan. Sekadar diketahui, Kwan Sing Bio
berarti tempat pemujaan Dewa Kwan Kong. Karena itulah, patung Dewa Kwan Kong
ditempatkan di ruang khusus.
Patung-patung (1) |
Aula |
Bagian bangunan berikutnya adalah aula yang sangat luas. Dari
balik jendela, saya lihat di aula ini terdapat sejumlah kasur lipat. Kabarnya, aula
ini secara cuma-cuma memang disediakan bagi para pengunjung yang ingin
menginap. Jangan heran, tidak sedikit pengunjung luar kota, bahkan luar negeri,
yang menginap di kelenteng ini. Apalagi, saat kelenteng ini menggelar kegiatan
besar. Kabarnya, saat perayaan Kirab Kiemsin lima tahun lalu, kelenteng ini
mampu menampung 2.260 pengunjung yang menginap.
Nah, bagian kelenteng berikutnya adalah sebuah halaman luas.
Di sisi barat halaman, terdapat dapur umum dan tempat makan gratis. Pengunjung boleh
menyantap hidangan dengan menu yang disediakan di sana. Mungkin karena sudah
terlalu sore, saat itu tempat makan ini sepi pengunjung. Saya pun lebih
tertarik menjelajahi bagian lain kelenteng sebelum hari berubah menjadi gelap.
Kolam dikelilingi taman bunga |
Di sisi selatan halaman tersebut, terdapat dua bangunan yang
indah dan megah. Satu bangunan berdiri anggun di tengah kolam, satu lagi bangunan
empat lantai berdiri kokoh yang sekaligus menjadi bangunan paling ujung
kelenteng. Dua patung naga besar yang saling berhadapan di kolam ini menambah
daya pikatnya. Apalagi, kolam ini dikelilingi taman dengan beragam bunga.
Gerbang menuju jembatan |
Bangunan dikelilingi kolam |
Untuk mendekati bangunan di tengah kolam, pengunjung akan
melewati jembatan unik dengan sembilan lekukan. Karena itulah, jembatan bercat
putih ini disebut jembatan sembilan lekuk. Terdapat juga jembatan kecil bercat
merah dan biru di sudut kiri bangunan. Di sudut kanan kolam terdapat gazebo
dengan hiasan lampion cantik. Berfoto-foto di spot ini seolah menjadi ritual
wajib bagi para pengunjung. Dengan angle yang tepat, hasilnya akan seperti
berfoto di Jepang, China, atau Korea. Hehehe.
Kwan Sing Bio dari ketinggian |
Beragam simbol berupa patung di Kwan Sing Bio memang menjadi
ornamen yang menarik. Relief-relief yang menghiasai berbagai dinding mulai
altar hingga tempat parkir juga sayang jika dilewatkan. Arsitektur khas
oriental dengan warna dominan merah semakin mempertegas karakter tempat ibadah
ini. Dan, yang tak kalah menarik adalah misi sosial yang tinggi dan keterbukaan
kelenteng ini untuk semua pengunjung dengan beragam agamanya.
Gazebo di sudut kolam |
Saya dan Kwan Sing Bio |
Menurut kabar yang dirilis www.jawapos.com, Kwan Sing Bio akan
dilengkapi sebuah pagoda besar dengan anggaran Rp 150 miliar. Pagoda yang direncanakan
setinggi 71,25 meter dengan sembilan lantai ini akan menjadi penanda Kota
Tuban bagi awak kapal di perairan Laut Jawa. Dengan hiasan relief Laksmana
Cheng Ho, penyebar agama Islam dari Tiongkok yang pernah mendarat di Tuban, pagoda
ini diharapkan memperat hubungan umat antaretnis dan agama.
Jika ingin berkunjung ke Kwan Sing Bio, catat ya. Pada hari
Minggu, 9 Agustus 2015, akan diselenggarakan lagi Kirab Kiemsin yang telah vakum selama
lima tahun ini. Beragam hiburan dan ritual akan memeriahkan perayaan ini,
termasuk arak-arakan puluhan patung dari berbagai kelenteng di tanah air. (*)
10 comments
Mantaaap sam
ReplyDeleteMakasih, Ren. Kamu harus bangga jadi warga Tuban.
DeleteInformatif
ReplyDeleteYeyyy!! Berhasil, berhasil! Hahaha
DeleteInformatif
ReplyDeleteTuban. Dicatet mas edy. Thanks for sharing
ReplyDeleteSama2, Qemana. Thanks sudah mampir :)
Deletegede banget klentengnya selama ini saya keliling klenteng ga sebesar itu :D
ReplyDeleteIya, Kang Dede. Kabarnya, ini kelenteng terbesar di Indonesia.
DeleteWah, seru nih main ke sini
ReplyDelete