MEMBIDIK RAY OF LIGHT DI GUA SUCI TUBAN
17:37:00
Salah besar jika Anda mengira Gua Suci adalah gua yang
dianggap suci. Situs bersejarah peninggalan masa keemasan Majapahit ini dinamai
Gua Suci hanya karena berlokasi di Dusun Suci, Kelurahan Wangun, Kecamatan
Palang, Tuban. Namun, jangan pula beranggapan gua ini biasa-biasa saja. Menurut
saya, gua ini istimewa. Di antaranya, warna dinding gua, pahatan-pahatan kuno, serta
ray of light dari celah atap dan mulut
gua sukses memukau mata saya.
Siapa sangka ada gua di sini |
Gua Suci berjarak sekitar 20 km dari Kota Tuban. Jika Anda
berminat menyambangi gua yang diperkirakan ada sejak tahun 1026 ini dari Kota
Tuban, ambil arah Pantura ke Kecamatan Paciran, Lamongan. Setelah melewati Makam Sunan Asmoroqondi dan Pertigaan Rembes, silakan belok kanan melewati jalan
pengubung Kecamatan Palang dan Widang. Jika
sudah terlihat bukit kapur di antara persawahan, itu artinya Anda sudah dekat
dengan tujuan. Semakin mendekati lokasi, terdapat beberapa papan petunjuk arah
ke Gua Suci.
Jangan ragu bertanya. Saya pun begitu. Setiap warga yang saya
tanya menyambut dan menjawab dengan ramah. Karena jika tak bertanya, bisa jadi
Anda melewatkan gua ini. Maklum, sama sekali tidak terlihat ada gua di kawasan
ini. Papan nama Situs Gua Suci pun tak tampak jelas jika kita sedang
berkendara. Untunglah, seorang warga yang baik memberi tahu saya bahwa gua ini
terletak di seberang sepetak lahan sawah yang saat itu tak ditumbuhi tanaman.
Bebatuan unik di depan gua |
Kendaraan bisa diparkir di sebuah warung dekat papan nama
Situs Gua Suci. Sediakan uang seikhlasnya untuk ongkos parkir. Pak Isnawan, penjaga
parkir, memastikan tak butuh waktu lama untuk jalan kaki menuju gua. “Itu lho
Mas, di balik semak-semak, dekat kok,” ujarnya lalu meminta saya memasukkan
ongkos parkir ke botol air mineral yang digantung di sebuah pohon.
Menurut saya, ini Instagramable :) |
Dan, Pak Isnawan benar. Tak sampai lima menit, gua yang
berstruktur bebatuan kapur berpahat unik sudah tampak di depan mata. Terdapat
sebuah papan informasi yang menyatakan bahwa Gua Suci merupakan salah satu
situs bersejarah yang dilindungi kelestariannya. Tanpa ragu, saya pun mendekati
beberapa celah di balik bebatuan itu. Sama sekali tidak seperti gua umumnya
yang bermulut tunggal. Gua Suci memiliki banyak celah besar-kecil dan lorong-lorong
pendek yang saling terhubung. Namun, setiap lorong menyerupai ruang-ruang yang terpisah dinding.
Banyak celah yang saling terhubung |
Dinding gua didominasi warna cokelat dan merah bata. Seluruh
dinding gua bertekstur pahatan berundak dan rapi. Pahatan itu diyakini buatan
manusia pada masa Kerajaan Majapahit. Bahkan, gua yang ditemukan pada tahun
1970-an ini pun konon buatan manusia pada masa itu. Di hampir semua bagian, atap
gua berbentuk kerucut dan berlubang di ujungnya. Lubang itulah yang menjadi
sumber cahaya. Pantulannya membuat warna dinding gua tampak eksotik.
Jika datang pada saat yang tepat, Anda akan menemui ray of light yang muncul dari mulut atau
celah gua. Saya saat itu berada di sana sekitar pukul 09.00 pagi. Beruntungnya saya
disuguhi sorot cahaya matahari yang masuk ke sisi gelap gua melalui salah satu
lorong gua. Hati-hati jika masuk ke lorong ini. Tangga kayu yang ada sudah
rapuh. Salah satu pijakannya pun telah lepas. Kabarnya, saat matahari tepat di
atas kepala, ray of light juga dapat
disaksikan dari lubang-lubang di atap gua.
Ray of light |
Jujur saja, yang mebuat saya tertarik mendatangi Gua Suci adalah
ray of light-nya. Namun, Setelah
melihat dengan mata kepala sendiri, dinding dan atap gua ini pun menjadi daya
pikat tersendiri. Sayangnya, sebagai situs bersejarah, gua ini sama sekali
tidak dikelola oleh pemerintah setempat. Pengunjung yang tidak bertanggung
jawab pun leluasa membuang sampah dan mencorat-coret dinding gua. Padahal,
sudah ada papan peringatan larangan perusakan di sana dengan ancaman hukuman
Pasal 26 UU Nomor 5 Tahun 1992, yaitu pidana penjara selama-lamanya 10 tahun
dan atau denda setinggi-tingginya Rp 100 juta.
Atap gua tak kalah indah |
Sepulang dari Gua Suci, saya tak menyia-nyiakan pemandangan
yang tak kalah unik. Jaraknya sekitar 1 kilometer dari Gua Suci. Bukit bekas
lahan penambangan kapur menyisakan ruang-ruang atau pilar-pilar tinggi. Saya
menemukan satu spot yang menarik, sebuah tebing yang menjorok ke jurang,
berlawanan arah dengan bukit kapur bekas penambangan. Duduk di sana seperti
berada di masa rumah batu. Asal tetap waspada, spot yang lumayan ekstrem ini
menarik untuk dicoba. (*)
4 comments
Keren.. Andai beli jam tangan di EBP_OS trus di pake pasti jadi lebih keren 😁
ReplyDeleteHahahaha, boleh, boleh. Tapi endorse dulu sepatunya ya, Do. Hihihi
DeleteHaduh, saya promosinya jam tangan malah minta endorsenya Sepatu
DeleteKan saya ga mau rugi, Do. Hehehe.
Delete