PANTAI DRINI: DARI TANGKAP HINGGA BAKAR IKAN
22:55:00
Masih di
hari ketiga trip saya di Yogyakarta, 2 Januari 2015, destinasi berikutnya adalah
Pantai Drini. Tidak sulit menemukan pantai ini. Letaknya sangat dekat dengan
perkampungan penduduk di Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul,
yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan. Seperti lokasi sebelumnya yang saya
datangi, Pantai Ngandong, saya tak perlu membayar tiket masuk lagi, cukup
ongkos parkir.
Panorama Pantai Drini |
Karakter
Pantai Drini agak mirip dengan Pantai Ngandong. Pantai diapit dua bukit.
Terdapat batu karang yang menyerupai pulau kecil. Saat air laut pasang, batu
karang itu terpisah dari bibir pantai sehingga seolah terapung. Bedanya, batu
karang itu lebih besar daripada batu karang yang terdapat di Pantai Ngandong.
Bahkan, batu tersebut ditumbuhi pepohonan yang cukup rimbun. Ombak yang
menyentuh bibir pantai pun lebih tenang.
Ombak tenang |
Asri dan teduh |
Pantai Drini
merupakan pantai yang langsung berhadapan dengan Samudera Hindia. Nama Drini
dikabarkan berasal dari tumbuhan pemphis
aciluda yang oleh masyarakat setempat disebut pohon drini. Dulu, di tempat
ini terdapat banyak pohon drini.
Banyak
kegiatan yang bisa dilakukan di pantai ini. Pengunjung dapat melihat dengan
jelas rumput laut di antara karang-karang dan biota laut lainnya. Selian itu,
pengunjung bisa menangkap ikan-ikan kecil yang berenang atau bersembunyi di
balik karang.
Tergoda pose 1 |
Tergoda pose 2 |
Saya dan
kawan-kawan tertarik menaiki bukit karang di sisi kiri pantai. Ada gadis kecil
penjaga tangga untuk naik bukit itu. Kami diminta bayar Rp. 2.000 per orang.
Lumayanlah ada tangga daripada kalau harus memanjat bebatuan tajam itu. Nah,
dari atas bukti ini, kami bisa memperoleh view
yang indah. Terlihat semua sisi pantai, termasuk pantai di sebelah kiri bukit. Sayangnya,
langit yang awalnya biru tiba-tiba gelap karena mendung tebal. Untung stok foto
sudah lumayan banyak. Hehehe.
Karang di tengah laut |
Sesaat
kemudian kami turun, shalat Jumat, lalu makan siang. Kami memilih salah satu tempat
makan yang menyajikan ikan bakar hasil tangkapan nelayan. Sebelum menu yang
kami pesan sampai di meja makan, hujan turun sangat deras dengan disertai angin
kencang. Kami pun terpaksa pindah dari gazebo tepi pantai ke warung lesehan yang
aman dari angin dan hujan. Rasa ikan bakar lengkap dengan sayuran dan sambal yang
disajikan, menurut saya, mengusir galau akibat hjan. Air kelapa muda membuat
makan siang saat itu semakin terasa lengkap. Harganya pun terjangkau. Untuk kami
berlima, cukup Rp. 165.000. Aaah, makan siang ini pun menutup penjelajahan kami
di Pantai Drini. (*)
2 comments
Keren mas...mau juga foto di batu karang nya
ReplyDeleteThanks a lot, Koko Adi. Kalo ke Gunungkidul lagi, mampir ke sini. Seafoodnya juga murmer, tapi enak.
Delete