MENELURUSI SITUS TAMAN SARI
14:46:00
Jika Anda tertarik dengan situs bersejarah dan sedang berkunjung
ke Yogyakarta, jangan lewatkan Taman Sari. Sebab, Taman Sari kabarnya telah
dinobatkan sebagai cagar budaya ke-19 di dunia. Taman Sari terletak tak jauh
dari Keraton Yogyakarta. Saya hanya membutuhkan waktu sekitar 8 menit naik
becak. Sebenarnya, jalan kaki juga bisa, tetapi kaki saya waktu itu sudah agak berat
dipakai jalan setelah menjelajahi Museum Benteng Vredeburg dan KeratonYogyakarta, di hari pertama trip Yogyakarta, 31 Desember 2014.
Taman Sari merupakan situs bekas taman Keraton Yogyakarta.
Awalnya, kompleks kebun istana yang dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada
tahun 1758-1765 ini terdiri atas gedung, kolam pemandian, jembatan gantung,
kanal air, danau buatan, dan masjid bawah tanah di lahan seluas 10 hektare.
Namun, saat ini yang tersisa dan bisa dikunjungi hanya beberapa bagian situs.
Meski demikian, saya butuh waktu sekitar satu jam untuk melihat setiap sisinya.
Umbul Pasiraman 1 |
Umbul Pasiraman 2 |
Bagian pertama yang saya masuki setelah membeli tiket
seharga Rp. 5.000 adalah kolam pemandian yang disebut Umbul Pasiraman. Pada
masa itu, Umbul Pasiraman adalah kolam pemandian khusus sultan bersama para
istri dan putri-putri beliau. Kolam ini dikelilingi tembok yang bagian luarnya mulai
berlumut. Terdapat tiga kolam dengan sejumlah mata air dan pot bunga.
Di bagian tengah kolam, terdapat menara yang diapit dua bangunan.
Bangunan tersebut merupakan tempat beristirahat dan berganti pakaian bagi
sultan bersama para istri serta putri-putri beliau. Bukan hanya itu. Ada juga
ruang sauna. Pada zaman dahulu sudah ada sauna ya. Bentuknya serupa tempat
tidur dengan beberapa lubang di bawahnya sebagai tempat pembakaran.
Klik! |
Ruang sauna |
Dari jendela bangunan itu, pengunjung bisa melihat kolam pemandian
dari atas. Pada masanya, hanya sultan dan para perempuan yang boleh masuk
kompleks pemandian ini. Sayangnya, saat ini tangga kayu dan jendela
bangunan-bangunan bersejarah itu dipenuhi coretan pengunjung yang tidak
bertangung jawab. Coretan-coretan itu sangat mengurangi suasana sakral yang
seharusnya terjaga di situs bernilai historis tinggi seperti ini.
Celah cahaya |
Selanjutnya, saya menuju ke masjid bawah tanah. Saya harus
melewati perkampungan penduduk yang pada masa itu kabarnya berupa danau buatan.
Tidak lebih dari 10 menit, saya sudah sampai di lorong bawah tanah yang membawa
saya ke masjid tersebut. Lebih tepatnya bangunan ini adalah bekas masjid karena
tidak digunakan lagi untuk beribadah sejak tahun 1812, tepatnya sejak Keraton Yogyakarta
membangun Masjid Gede Kauman.
Lorong masjid bawah tanah |
Lantai 2 |
Bangunan yang pada masa itu juga difungsikan sebagai benteng
ini sangat unik dengan sejumlah lorong, jendela, dan anak tangga. Desain masjid
ini bundar dengan sumur di bagian tengahnya. Di atas sumur tempat wudhu itu,
terdapat lima anak tangga yang melambangkan lima rukun Islam. Bagian atas
masjid berbetuk lingkaran tanpa atap. Terdapat banyak jendela sebagai ventilasi
sekaligus sarana pencahayaan yang menerangi seluruh ruangan masjid.
Tangga di atas sumur |
Pemotretan |
Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Sumur Gumuling karena
bentuk sumur di dalamnya menyerupai guling. Bangunan ini terdiri atas dua
lantai. Pada masa itu, lantai pertama untuk jamaah pria, sedangkan lantai kedua
untuk jamaah perempuan. Di setiap lantai terdapat mihrab atau tempat imam
berdiri untuk memimpin salat jamaah.
Masjid Gede Kauman |
Hari itu, saya mendapat pengalaman berharga tentang kejayaan
arsitektur Taman Sari dan Masjid Sumur Gumuling. Meski telah sangat lama tidak
difungsikan seperti tujuan awalnya, kedua tempat itu masih berdiri kokoh. Memang,
kesakralannya telah berkurang. Namun, keeksotisannya masih mampu mengundang
banyak pengunjung. (*)
4 comments
fotoe buwaguuus pak Edy!!!!
ReplyDelete"LANJUTKAN"
pakai lensa standard dr kamera ta pak??
Terima kasiiiiiih, Yunus. Iya, saya pakai lensa standar kamera. Ayo kapan hunting bareng?
Deleteboleh tau pake gear apa, mas? apik tenan :)
ReplyDeleteMatur suwun, Mas Erlinel. Saya cuma pakai Nikon P520 :-)
Delete