BELAJAR SEJARAH DI MUSEUM BENTENG VREDEBURG
23:58:00
Libur akhir dan awal tahun lalu saya agak nekat berangkat ke
Yogyakarta. Mengapa agak nekat? Ya, benar, pasti semua objek wisata sedang
padat pengunjung dan hujan bisa turun kapan saja. Tetapi, karena hari libur
saya memang waktu itu, ya sudahlah, saya berangkat dengan berdoa semoga semua
berjalan seperti yang diharapkan. Saya tiba di Kota Gudeg Selasa malam, 30 Desember
2014, dan pulang Sabtu, 3 Januari 2015. Sejumlah destinasi saya kunjungi dan
saya tulis di blog ini satu per satu. Semoga bermanfaat.
Pintu gerbang |
Halaman dalam |
Hari pertama, Rabu, 31 Desember 2014, ditemani seorang kawan baik hati yang tinggal di Yogyakarta, Dede Sunarya, saya memulai
petualangan dengan mengunjungi beberapa tempat bersejarah di Kota Yogyakarta. Museum
Benteng Vredeburg menjadi tujuan pertama saya karena letaknya yang paling dekat
dengan tempat saya menginap di Jalan Malioboro. Pagi itu sempat hujan, tetapi
kemudian mendung cerah dan membuat saya nyaman berjalan kaki menyusuri jalanan
Kota Yogyakarta.
Ikon pemandu |
Meriam |
Museum Benteng Vredeburg berada di Jalan Ahmad Yani, Kota Yogyakarta,
hanya sekitar 5 menit jalan kaki dari Jalan Malioboro. Dengan tiket masuk Rp. 2.000,
pengunjung dapat merasakan atmosfer masa penjajahan Belanda. Baru masuk pintu
gerbangnya saja, pengunjung sudah disambut dengan parit dan bangunan
berarsitektur Belanda lengkap dengan tiang-tiang tinggi yang kokoh.
Penjahit bendera |
Belajar sejarah 1 |
Koleksi museum yang awalnya merupakan benteng ini pun
seakan-akan membawa kita ke tahun-tahun saat Indonesia berusaha melepaskan diri
dari penjajahan. Pengunjung dapat menyaksikan bangunan-bangunan peninggalan
Belanda yang dipugar sesuai bentuk aslinya. Terdapat pula diorama-diorama yang
menggambarkan perjuangan sebelum Proklamasi Kemerdekaan hingga masa Orde Baru.
Masih ada lagi, yaitu benda-benda bersejarah, foto-foto, serta lukisan-lukisan
tentang perjuangan nasional dalam merintis, mempertahankan, serta mengisi
kemerdekaan.
Belajar sejarah 2 |
Sisi belakang museum |
Luas dan asri |
Meskipun awalnya ingin berkunjung di museum ini saat sepi,
saya akhirnya justru bangga tempat ini ramai pengunjung. Itu artinya masih
banyak yang menghargai perjuangan pendahulu negeri ini dan belajar lebih jauh
tentang sejarah Indonesia. Saya salut juga dengan keluarga yang membawa serta
anak-anaknya. Sejumlah rombongan anak sekolah juga tampak asyik menjelajahi
museum yang dibangun pada tahun 1765 oleh Belanda di atas lahan seluas 2.100
meter persegi ini.
Saya dan relief |
Apalagi, pengelola Museum Benteng Vredeburg, tampaknya,
berusaha mengikuti perkembangan zaman. Mereka kini menyediakan sejumlah monitor
layar sentuh yang berisi artikel dan foto-foto sejarah Indonesia. Tentu saja
para pengunjung, terutama anak-anak, makin antusias belajar sejarah. Bukan
hanya itu. Untuk berbagi lebih jauh tentang museum dan sejarah Indonesia, mereka
juga memiliki blog. Klik saja museumvredeburg.blogspot.com, maka informasi yang
Anda butuhkan tentang Museum Benteng Vredeburg dan sejarah Indonesia pun
tersaji lengkap. (*)
0 comments