KISAH PENAMBANG BELERANG DI KAWAH IJEN
23:37:00
Namanya Pak
Syukron. Usianya sekitar 40 tahun. Beliau adalah salah satu dari ratusan penambang
belerang (sulfur) di Kawah Ijen, perbatasan Banyuwangi-Bondowoso. Aku
mengenalnya saat hendak turun ke Kawah Ijen, Sabtu 25 Oktober 2014. Saat itu beliau
menawarkan jasa sebagai pemandu. “Untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, pengunjung dilarang turun ke
kawah sendirian, Mas. Harus ada pemandu,” ujarnya.
Meski sempat ragu karena ada peringatan bahaya di papan menuju jalan ke kawah, aku akhirnya yakin. Itu karena rasa penasaran serta motivasi Pak Syukron. Sepanjang perjalanan, aku pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan bertanya banyak hal seputar Kawah Ijen dan penambangan belerang kepada Pak Syukron. Untungnya, dia sabar meladeni “wawancara” itu. Tanpa diminta beliau tak jarang menjelaskan hal-hal yang aku belum tahu. Bahkan, sesekali beliau menawarkan jasa memfoto aku dengan background pilihannya. Hehehe.
Bekerja
sebagai penambang belerang, kata Pak Syukron, adalah pekerjaan turun-temurun.
Ayahnya dulu juga seorang penambang belerang. Meski sempat bekerja di Bali, Pak
Syukron sejak sepuluh tahun lalu memilih melajutkan pekerjaan ayahnya ini.
“Awalnya berat, Mas, tapi sekarang sudah biasa,” kata bapak dua putra ini sambil
tersenyum.
Pak Syukron (berkaus merah) saat menambang belerang |
Rata-rata
penambang, terang Pak Syukron, mengangkut belerang dua kali jalan dalam sehari.
Belerang yang diangkut pertama kali dihargai Rp. 900/kg. Sedangkan harga
belerang angkutan kedua Rp. 1.000/kg. Sekali panggul, mereka rata-rata membawa
beban 65-80 kg. “Ada beberapa yang mampu lebih dari itu. Bapak yang tua itu
kuat 120 kg, Mas” kata Pak Syukron seraya menunjuk rekan kerjanya.
Penambangan belerang dengan risiko tinggi |
Wah, luar
biasa. Aku yang jalan dengan tangan kosong saja napas tersengal-sengal dan
harus sering istirahat. Tetapi, para penambang itu terlihat berjalan tanpa
beban. Beberapa dari mereka pun sangat ramah kepada para pengunjung. Sapa dan
senyum. Padahal, mereka harus menempuh jarak 4 km sekali jalan, yaitu dari
bibir kawah tempat penambangan belerang hingga lereng gunung (Pos Paltuding).
Bisa dihitung, dalam sehari mereka berjalan 16 km dengan beban berat di pundak.
“Pundak kami sampai kapalan, Mas,” kata Pak Syukron, menunjukkan luka kering di
pundaknya.
Pipa belerang yang terlalu panas harus disemprot air |
Penambangan
belerang di Kawah Ijen bisa dilakukan 24 jam dalam sehari. Wah, fenomena blue
fire yang bagi para wisatawan sangat istimewa merupakan pemandangan mereka
sehari-hari. Hehehe. Namun, itu bukan tanpa risiko. Di pusat penambangan belerang,
mereka dihantui gas beracun yang kadang terbawa asap pekat dari pusat belerang.
Mencetak suvenir berbahan belerang |
Untuk menambah
penghasilan, tak sedikit penambang belerang yang menjadi pemandu para
pengunjung. Dan, untuk menunjang pekerjaan tambahan itu, beberapa penambang
belerang mendapat kursus bahasa Inggris gratis yang diselengarakan Pemkab
Banyuwangi. “Lumayan Mas, kami dua bulan belajar bahasa Inggris dan sekarang bisa
menjelaskan Kawah Belerang ini dengan bahasa Inggris kepada wisatawan asing. Ya
hal-hal dasarlah,” tutur Pak Syukron.
Memanggul beban berat "tanpa beban" |
Ternyata
benar, Pak Syukron fasih berbahasa Inggris saat berbincang ringan dengan
wisatawan asing. Misalnya, menyapa, bertanya asal negara, menawarkan diri
berfoto bersama, dan berbagi rokok. Hehehe.
Jalan terjal ini rawan longsor |
Tak terasa, “wawancara” itu mengantarkan kami ke bibir
kawah. Setelah menjelaskan beberapa hal tentang penambangan belerang dan
menjadi juru fotoku (hehehe), Pak Syukron lalu pamit bergabung dengan
teman-temannya untuk menambang belerang. Oya, sebelumnya beliau juga
memperlihatkan proses pencetakan suvenir berbahan belerang. “Lumayan, Mas, buat
tambah-tambah penghasilan. Harganya Rp. 5-10 ribu,” ujarnya.
Penambangan belerang dilakukan secara tradisional.
Mereka memasang pipa yang terbuat dari besi berdiameter 16-20 cm. Setiap pipa
panjangnya 1 m. Agar mudah dipasang dan diganti jika rusak, pipa tersebut
dipasang sambung-menyambung mulai dari tebing atas hingga dasar tebing yang jaraknya
sekitar 50-150 m.
Melalui pipa tersebut, gas belerang dialirkan kemudian
tersublimasi di ujung pipa bagian bawah dan siap ditambang. Jika salah satu
pipa rusak, maka uap belerang tidak mengalir sempurna dan terlepas ke udara
bebas serta tidak sempat tersublimasi. Kendala lainnya adalah ketika suhu naik tinggi,
uap belerang tidak sempat tersublimasi karena terbakar. Lantaran itulah, ada
penambang yang kadang menyemprotkan air ke pipa-pipa tersebut.
Menurut Pak Syukron, belerang berguna untuk campuran
kosmetik, obat-obatan, pemutih, bahan peledak, dan sebagainya. Sedikitnya 14
ton belerang setiap hari berhasil ditambang dari Kawah Ijen untuk dikirim ke
kota-kota besar. Dan, para penambang berkontribusi besar dalam siklus bisnis
ini. Semoga saja kesejahteraan mereka semakin diperhatikan oleh pemegang
kendali usaha ini. (*)
11 comments
Foto yang paling atas paling gue demen, pemandangan yang tidak biasa (y)
ReplyDeleteWaah, suwuun Syir. Itu juga yang aku pikirkan, makanya aku jadikan foto utama.
Deleteapik mas...
ReplyDeleteMatur suwun, Mas Arif. Terima kasih juga sudah mampir.
DeleteMas, saya tertarik juga untuk meliput dan melakukan wawancara dengan Pak Syukron. Bolehkah Mas share nomor kontaknya agar saya bisa janjian? Oh, ya perkenalkan. Nama saya dhank Ari. Saya jurnalis lepas dari Jakarta. Jika berkenan, silahkan share ke email saya di a.harisman@imajibumi.co.id.
ReplyDeleteMakasih banyak.
Terima kasih sudah mampir, Mas Ari. Sayang sekali saya tidak sempat meminta nomor kontak Pak Syukron. Tapi jika Mas Ari ke Kawah Ijen, banyak penambang belerang yang sangat bersahabat untuk diajak berbincang. Kalau diminta menjadi pemandu, saya yakin, mereka lebih bersahabat.
DeleteJadi pas disana, tiap hari para penambang belerang selalu ada ya mas? bentar lagi saya mau ke Ijen, pengennya ada penambang yang nemenin.
ReplyDeleteBetuul, setiap hari selalu ada penambang belerang, Mbak. Mereka mau nemenin kok. Selamat menikmati Ijen.
DeleteMakasih infonya mas ^-^.
DeleteThanks for writinng this
ReplyDeleteThanks great blog ppost
ReplyDelete