BERBURU SUNSET DI BOJONEGORO
19:58:00
Detik-detik matahari menghilang di balik cakrawala ufuk barat
tak jarang memberi nuansa syahdu tak terlupa. Semburat jingga di langit senja
menggoreskan suasana yang berbeda. Meski tak lama, hadirnya mampu mengundang
pesona. Itulah mengapa tak sedikit penikmat senja yang meluangkan waktu khusus
untuk menikmatinya di tempat yang indah. Pantai kerap menjadi pilihan utama.
Saya tinggal di sebuah kota tak berpantai bernama Bojonegoro.
Namun, saya tak risau. Bukankah yang akan kita lihat adalah matahari yang sama?
Di belahan dunia mana pun matahari itulah yang akan tenggelam. Asal kita menemukan
dataran bebas pandang hingga garis cakrawala, suasana syahdu senja akan hadir
di depan mata. Itu pulalah yang saya lakukan jika ingin mengabadikan sunset dengan lensa kamera.
Sunset di Jembatan Kaliketek |
Salah satu lokasi yang kerap menjadi pilihan saya adalah
Sungai Bengawan Solo. Sungai yang membelah kawasan utara Kota Bojonegoro ini
melintang ke arah barat dan timur. Memang, sungai yang menjadi penanda batas
wilayah Bojonegoro-Tuban ini berkelok-kelok. Di beberapa titik, langit sore hanya
menyuguhkan warna jingga. Namun, pada titik tertentu, matahari senja tepat
berada di ujung barat sungai.
Untunglah, ada Jembatan Kaliketek yang bisa menjadi tempat saya
berpijak untuk menikmatinya. Dari atas jembatan yang menghubungkan Kota
Bojonegoro dan Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, ini, saya disuguhi pemandangan sang
raja siang yang pelan-pelan tenggelam. Beda hari, berbeda pula sunset yang tersaji. Gumpalan awan dan
semburat warna langitnya tak sama. Itu artinya, refleksi di air sungai pun berbeda.
Penyeberangan ke Kecamatan Trucuk |
Sunset di kebun tebu |
Pada musim kem arau, ketika air Sungai Bengawan Solo mulai surut, warga memasang jembatan penyeberangan darurat. Jembatan yang terbuat dari anyaman bambu ini menghubungkan Kota Bojonegoro dengan Kecamatan Trucuk. Lokasi ini juga menjadi tempat favorit saya untuk mengabadikan sunset. Memang, matahari tak terlihat karena di wilayah ini sungai ini berkelok. Namun, warna langitnya tetap memukau. Sepeda atau motor warga yang melintasi jembatan pun menjadi aksen human interest dalam foto saya.
Suatu sore saya juga mencoba berburu sunset ke Taman Tirtawana di kawasan Kecamatan Dander. Lokasi yang terdiri
atas kolam renang, lapangan golf (sayang tak terpakai), dan hutan kecil ini pun
memiliki beberapa areal terbuka untuk membidik matahari tenggelam. Matahari
bulat tampak dramatis saat berpadu dengan reranting pepohonan. Jujur saja, ada
kepuasan tersendiri saat matahari sebagai objek utama foto saya tampak bulat sempurna.
Sunset dengan hiasan ilalang |
Lokasi sunset ini adalah persawahan |
Sepanjang perjalanan Kota Bojonegoro menuju Kecamatan Dander,
terhampar sawah dan kebun. Sesekali saya juga meng-capture momen sunset di
persawahan dengan ilalang atau daun pepaya sebagai pemanis. Kebun tebu juga tak
ketinggalan menjadi lokasi yang unik. Matahari sore seolah terselip di antara
daun-daun tebu yang menjulang.
Mampukah kita menutup senja hidup dengan indah? |
Sekali lagi, sunset
bisa ditemukan di mana saja. Bojonegoro yang tak berpantai pun memiliki
sejumlah tempat yang menyuguhkan sunset
saat senja menjelang. Namun, ada yang jauh lebih penting dari itu. Keindahan panorama
matahari yang pulang ke peraduan juga memberi pelajaran berarti bagi saya.
Bahwa, hidup pun akan berakhir. Sudah siapkah kita meninggalkan dunia ini
dengan cara yang indah? (*)
7 comments
keceeee badai foto-fotonya mas
ReplyDeletesalam kenal
www.bukanrastaman.com
Terima kasih apresiasinya, Mas Wahyu.
DeleteTerima kasih juga sudah berkunjung. Salam kenal
Mantap Mas....
ReplyDeleteMakasih, Mas Zainal.
DeleteJadi pengen Beli kamera. Terus berguru ke pak edy 😅
ReplyDeleteBeli kamera? Baguuuus. Berguru ke saya? Nanti dulu. Saya juga baru belajar.
DeleteLovely bblog you have here
ReplyDelete