MENENGOK AIR TERJUN KEDUNG GUPIT
13:49:00
Berkali-kali merencanakan kunjungan ke Air Terjun Kedung
Gupit, berkali-kali pula batal. Giliran tanpa rencana, justru saya berkesempatan
mengunjungi objek alam di Bojonegoro ini. April lalu, saya dan tim berkunjung
ke SMPN 2 Gondang untuk sebuah keperluan. Selepas acara itu, kami tanpa pikir
panjang mencuri waktu ke sana. Meski salah kostum karena pakai baju kerja, hunting
dadakan ini tetap berkesan.
Air Terjun Kedung Gupit berada di wilayah perbatasan antara
Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, dan Desa Gayam, Kecamatan Sekar. Namun,
akses menuju ke sana lebih mudah melalui Desa Krondonan. Karena itulah, banyak
pula yang menyebut air terjun ini Air Terjun Krondonan. Jarak tempuhnya sekitar
50 kilometer dari Kota Bojonegoro. Maklum, dua kecamatan itu merupakan wilayah
paling ujung selatan Bojonegoro, berdekatan dengan Kabupaten Madiun.
Perbukitan di wilayah Gondang dan Sekar |
Jangan khawatir tersesat. Kedung Gupit mudah dicari. Temukan
dulu SMPN 2 Gondang di Desa Krondonan. Di depan sekolah ini, ada warga yang menyediakan
tempat parkir. Tidak ada tiket masuk lokasi karena potensi wisata ini belum
dikelola oleh pemerintah setempat. Selanjutnya, silakan jalan kaki sekitar 1 kilometer.
Jalan setapak melewati sawah, kebun jagung, lembah, dan sungai. Pemandangan
yang tersaji adalah perbukitan dan lembah. Sayangnya, bukit-bukit yang kabarnya
dulu lebat oleh pohon itu kini berubah menjadi hutan gundul.
Sungai berbatu |
Kedung Gupit dari kejauhan |
Kebetulan, bulan April lalu curah hujan telah berkurang.
Sungai menuju Kedung Gupit pun mudah dilalui. Bebatuan besar sepanjang sungai
menjadi pijakan. Hanya sesekali kami terpaksa melepas sepatu dan melipat
celana. Sungai terdalam berada di beberapa meter menjelang air terjun. Saat puncak
musim hujan, kabarnya, kedalaman sungai ini mencapai perut orang dewasa. Dari
sini, deru air terjun sudah terdengar dan membuat kami semakin bersemangat
menerjang sungai.
Kedung Gupit berada di balik bukit. Letaknya persis di sudut
bukit, mirip ujung gang buntu. Dari kejauhan, curah air saat itu tampak hanya
segaris. Namun, begitu didekati, baru jelas bahwa air yang turun menyerupai
hujan, melebar beberapa meter di tebing setinggi kurang lebih 8 meter. Untuk
mendekati air terjun, saya harus memanjat bebatuan yang lumayan besar. Bebatuan
yaang berada di bagian tengah bertekstur kesat dan bebas lumut sehingga mudah
dilalui. Sedangkan bebatuan di bagian tepi yang jarang terkena sinar matahari cukup
licin karena ditumbuhi lumut hujau.
Air tejun mirip air hujan |
View berlawanan arah dengan air terjun |
Sebenarnya saya sangat ingin lebih dekat dengan sudut bukit
untuk mengambil foto air terjun dari sisi berlawanan dengan foto-foto
sebelumnya. Namun, saya merasa itu terlalu berisiko karena harus merayap di
dinding tebing licin dan berlumut. Semakin tinggi batu, semakin banyak tanaman yang
tumbuh di tanah rapuh di atas batu. Apalagi saya salah kostum, pakai baju batik
dan celana kain. Hehehe.
Saya dan Kedung Gupit |
Akan tetap indah tanpa sampah! |
Menurut warga setempat, debit air sangat tinggi pada puncak
musim hujan. Air berwarna keruh kecokelatan. Sedangkan pada puncak musim kemarau, debit air sangat
rendah sehingga tak tampak lagi air terjun yang deras. Yang ada adalah air yang
merembes di dinding tebing. Jadi, jika ingin mendapatkan view terbaik dengan
medan sungai yang mudah dilalui, datanglah pada akhir musim hujan atau
menjelang pergantian musim hujan ke musim kemarau. Ingat, jangan tinggalkan
sampah! (*)
7 comments
Fokus baju kerjanya, Mas Edy macam mau foto session majalah fashion aja hehehe
ReplyDeleteOh iya, jalan menuju Desa Krondonan sudah aspal mulus atau masih bergelombang?
Hahaha, Kak Halim bisa aja. Jadi malu saya.
DeleteJalannya masih bergelombang, Kak. Aspal berlubang, sama paving yang sudah ga rata.
Mantaap jadi pengin kesini....
ReplyDeleteTerima kasih, Mas Amin. Kalo ke Bojoengoro, silakan mampir ke sini.
DeleteSaya sudah di sungainya belum sampai air terjunnya kembali pulang lagi..
ReplyDeleteSudah hampir magrib, cuma bertiga sudah gak ada orang sama sekali tak tahu harus bertanya pada siapa, gk ada signal pula. Terdiri dari sungai kecil dan dua sungai besar bebatuan.
Kami bingung ambil menelusuri sungai yang mana? Karena kami takut, kalau terjadi hal yg tidak di inginkan. Kami putuskn pulang
Wah, sayang sekali, Mas Syahid. Air terjun sebenarnya tidak jauh dari sungai, tinggal menyusuri sungai ke balik bukit.
DeleteCoba lagi di kesempatan yang lain, Mas. Hehehe.
Berapa jam mas kira2 kalo perjalanan dari dander?
ReplyDelete